Chapter 13

9.8K 1.2K 19
                                    

Kirana terdiam. Sambungan telepon dengan Elang masih belum terputus, tapi dia benar-benar tidak tahu lagi topik yang pantas dibicarakan.

"Itu sih, namanya nyusahin aku. Aku kan, bukan Bandung Bondowoso dan kamu juga bukan Roro Jonggrang," kata Elang di sana.

Kirana mengedikkan bahu, lalu mengangguk. Konyol memang, karena gadis itu pun menyadari bahwa Elang tidak mungkin melihatnya melakukan gerakan itu.

"Nggak usah repot-repot, Lang. Nggak usah ngasih apa-apa. Kamu tahu ulang tahunku aja aku udah ngerasa surprise banget. Kayaknya aku nggak pernah ngasih tahu tanggal ulang tahunku, deh," Kirana nyengir. Jujur saja, kalau ditanya ingin dikasih hadiah apa, Kirana sama sekali tidak ada ide.

"Hmm ... kalau gitu kamu sukses nyusahin aku juga," Elang tertawa.

"Lho? Kok, bisa gitu?" kening Kirana mengerut.

"Iya. Kalau kamu nggak bilang mau dikasih hadiah apa, berarti aku harus usaha banget untuk cari tahu hadiah yang lagi kamu butuhkan," sahut Elang.

Oh, tolong jangan ngomong gitu, Elang! Kalau kamu ngomong begitu, aku akan mengira kamu juga suka sama aku. Itu berarti PHP! Aku nggak mau di-PHP-in!

Kirana menghela napas. Obrolan ini memang ringan, tapi jadi terasa berat karena Kirana pakai perasaan. Dan Elang berhasil melambungkan perasaan Kirana sampai ke luar angkasa.

"Tuh, kan, diam lagi. Kamu ngantuk, ya?" Elang di sana terheran-heran dengan sikap Kirana.

"Hm?" sahut Kirana, singkat.

"Sejak kapan sih, kamu jadi cewek pendiam? Dari kecil kamu tuh nggak ada diam-diamnya, tahu, nggak?" Elang tergelak.

"Nggak sih, aku serius, kok. Nggak usah ngasih hadiah," sahut Kirana.

"Bener, nih? Tapi, nggak, ah. Nanti aku dimarahi Papa kamu. Masa ulang tahun sekali setahun aja aku nggak ngasih apa-apa?"

Jadi, karena itu? Karena Elang takut dimarahi Papa? Tanpa sadar, Kirana menggeleng. Sekarang dia tahu, Elang bukan benar-benar ingin memberi sesuatu di hari ulang tahunnya. Elang bukan berniat membahagiakan Kirana di hari istimewa yang sebentar lagi tiba. Elang hanya memikirkan Papa. Bukan memikirkan Kirana.

Ada sesuatu yang lepas dan meluncur menjauh dari hati Kirana. Harapan gadis itu terempas lagi. Kirana menyesal tadi sempat merasa senang karena Elang tahu dan ingat ulang tahunnya.

Satu pertanyaan besar di kepala Kirana, seberapa akrab Elang dengan Papa? Mengapa Elang terlalu memikirkan Papa?

"Lang, udah malam. Aku ngantuk. Ngobrolnya udahan dulu, ya," baru kali ini Kirana ingin cepat-cepat menyudahi pembicaraan dengan Elang.

"Ok. Terima kasih ngobrol-ngobrolnya, ya. Selamat istrahat, Kiran."

Kirana tidak menjawab lagi dan langsung memutuskan sambungan.

Gadis itu menarik napas, berusaha membuang rasa kecewa. Dia sudah sering mendengar kisah tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Di buku yang dia baca. Di acara TV yang dia tonton. Di kisah cinta teman-temannya. Tapi baru kali ini Kirana merasakan sendiri. Dan itu rasanya menyakitkan.

Sangat menyakitkan.

Kirana merasa harus patah hati di saat cintanya baru bersemi.

Gadis itu merasa harus menelepon Vanes saat itu juga. Dia ingin menumpahkan semuanya pada sahabatnya.


Fluttering HeartsWhere stories live. Discover now