Chapter 5

14.7K 1.6K 16
                                    

Kirana memandangi bayangan dirinya di cermin. Kalau cita-cita menjadi desainer masih terlalu jauh, Kirana rela foto-foto begini hanya agar Instagramnya tampak bagus. Agar Elang senang main-main di Instagram, berlama-lama melihat foto-foto Kirana. Syukur-syukur cowok itu ngasih like.

"Hei! Kamu ngapain bengong di depan cermin. Katanya mau cepat-cepat upload foto," Vanes membuyarkan lamunan Kirana. "Mikirin Elang lagi?"

Kirana tersipu. "Yaah, ketahuan, deh!" katanya, pura-pura menyesal.

"Yuk, ah! Beberapa foto lagi!" ajak Vanes.

Kirana mengangguk dan meninggalkan cermin besar yang sengaja dipasang di dinding halaman belakang ini.

Dua gadis itu mulai sibuk lagi. Yang satu sibuk mencari gaya yang pas agar hasil fotonya bagus, yang lain mengarahkan gaya sambil sibuk mengoperasikan kamera. Cukup lima belas menit, lalu keduanya duduk di bangku taman.

"Gimana gimana? Hasilnya bagus, nggak? Senyum aku udah cukup luwes, kan?" Kirana menarik bangku menjadi sedekat mungkin dengan Vanes.

"Bagus, kok. Kamu keliatan ceria di sini. Tapi gaya rambutmu bikin bosan nggak, sih? Kamu nggak pengin ganti gaya rambut?"

Kirana memandangi foto itu sambil mengernyit. Dia mengakui, rambutnya terlalu biasa. Lurus, sebahu, dan nggak ada modelnya.

"Terus aku harus gimana, dong?" mata gadis itu masih terus memandangi beberapa fotonya satu per satu.

"Besok kalau mau foto-foto lagi, rambut kamu di-blow dulu kali, ya. Biar keren," usul Vanes.

"Wah, boleh juga, tuh. Ya udah, sekarang upload aja deh, fotonya. Terus kita makan. Gimana?"

"Oke. Mau foto yang mana? Kamu pilih dulu deh, beberapa," Vanes menyodorkan kameranya.

"Hmm ...," Vanes memeriksa foto-foto itu. "Yang ini, deh. Sama yang ini."

"Oke, yang pake baret sama yang kamu lagi berdiri dekat jendela, ya."

Kirana mengangguk. Vanes langsung memindahkan foto itu ke ponsel Kirana.

"Nah, udah!"

"Tunggu, ya. Aku masukin ke Instagram," jemari Kirana langsung lincah memindahkan foto-foto tadi ke akun Instagramnya.

Ini hiburan bagi Kirana. Dia bisa berfoto sesuka hati, lalu wajahnya terpampang di akun Instagram. Follower-nya sudah hampir lima ribu. Cukup menyenangkan. Di antara kelima ribu follower itu, ada akun milik Elang juga. Bedanya, foto milik Elang tidak sebanyak foto Kirana. Selain itu, Elang lebih suka memamerkan foto batik daripada diri sendiri. Elang tidak senarsis Kirana.

Setelah itu, Kirana menanti dengan penuh rasa cemas. Elang pernah memberi like di foto Kirana, jadi setiap Kirana punya foto baru, dia berharap Elang memberi like lagi.

Cuma like, sih, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat jantung Kirana berdebar lebih kencang.

"Makan yuk, Van!" wajah Kirana mengarah ke Vanes, tapi pikirannya tidak lepas-lepas dari bayangan wajah Elang.

"Yuk!"

Mereka ke ruang makan. Kirana duduk di kursi makan dengan ponsel yang terbuka di atas meja. Saat mengambil piring, mengambil nasi dan lauknya, dan ketika sudah duduk sambil menyantap makanan, mata Kirana lagi-lagi melirik ke ponsel. Dia menunggu Elang mengetukkan jempolnya di tombol hati, di foto terbaru milik Kirana.

"Elang udah nge-like?" tanya Vanes sambil berusaha mengintip ponsel Kirana.

"Belum. Nggak tau, deh. Kayaknya nggak ada tanda-tanda dia lagi buka IG, deh," Kirana menggeleng dengan wajah lesu.

"Dia ada di rumahnya, kan? Di sebelah?"

"Iya, dia di sebelah. Tapi, nggak tau juga, lagi ada di rumah atau nggak."

Vanes mengangguk-angguk.

Tepat ketika Kirana meletakkan piring di tempat cuci piring, tiba-tiba sebuah kepala muncul di pintu ruang makan.

"Maaf, pintu pagar dan pintu depan nggak dikunci. Kamu juga dipanggil-panggil nggak nyahut, jadinya aku langsung ke sini."

Kirana yang sedang bersiap mencuci piring, langsung membalikkan badan. Gadis itu nyaris terpekik melihat sosok tersebut.

Fluttering HeartsWhere stories live. Discover now