Chapter 16

10.1K 1.3K 27
                                    

Bude Citra memarkir mobil di depan sebuah rumah berpagar besi, berwarna serupa kayu.

"Kita sudah sampai," senyum Bude Citra mengembang.

"Ini ... ini rumah siapa, Bude?" Kirana takjub melihat pemandangan di depannya. Rumah besar dengan gaya joglo khas Jawa itu membuat Kirana menatapnya lekat-lekat hingga nyaris tak berkedip.

"Rumah kamu," sahut Bude Citra, singkat.

Mata Kirana menyipit. Keningnya mengerut. Dia tidak mengerti maksud Bude Citra.

"Nanti kamu akan mengerti," Bude Citra seolah bisa membaca pikiran Kirana.

Kirana tersenyum tipis.

"Turun, yuk!" seru Bude Citra sambal turun dari mobil.

Kirana mengangguk dan turun dari mobil, menyusul Bude Citra.

Seorang laki-laki tua berpakaian kaus dan celana panjang santai membuka pintu pagar.

"Selamat siang, Bu. Eh, ini Mbak Kirana? Sudah besar, ya," sapa laki-laki itu ramah. Dia menangkupkan kedua tangan lalu mengajak tamunya bersalaman.

"Selamat siang," Bude Citra dan Kirana membalas ulurannya.

Kirana melempar senyum, sedikit terkejut karena laki-laki itu mengenalnya sementara Kirana tidak kenal dia.

"Silakan masuk. Semua sudah saya siapkan," kata laki-laki itu lagi.

"Terima kasih, Pak Agus. Saya langsung ke dalam, ya," kata Bude Citra.

Kirana terdiam sambil menyapu pandangan. Rumah besar itu sangat indah. Di bagian depan dua patung berukir mengapit tanaman-tanaman hias yang terawat. Di kiri dan kanan patung terdapat undakan-undakan dari batu alam, menuju halaman rumah. Undakan-undakan itu berhias lampu cantik yang membuat suasana tampak eksotik.

Di halaman, dua pilar berdiri kokoh menopang rumah. Kirana terkesima dengan ukiran-ukiran di dinding dan pintu rumah, karena bentuknya sama persis dengan rumah yang ditempatinya bersama Bude Citra di Laweyan. Dua chandelier menghias atap halaman rumah joglo ini.

"Kita langsung saja ke kamar ya, Kiran," Bude menggandeng gadis itu.

Begitu masuk, Kirana semakin takjub. Rumah ini besar dan indah. Mereka memasuki ruang tamu dan menyeberang ruangan untuk sampai di kamar utama.

Kirana sempat tercekat melihat pigura besar berukir yang terpajang di ruang tamu. Di sana ada foto Mama dan Papa dalam balutan busana pengantin Jawa. Sesuatu bergejolak lagi di dalam batin gadis itu.

Andai Mama masih ada ....

Andai Papa masih tinggal bersamanya ....

"Yuk! Ke sini!" Bude Citra menggamit lengan Kirana begitu dilihatnya gadis itu mulai berkaca-kaca melihat foto besar itu.

"Bude, tolong jelaskan. Ini rumah siapa? Mengapa kita harus ke sini? Mengapa ada foto Papa dan Mama?" Kirana sudah tidak dapat menahan rasa penasarannya. Dia butuh penjelasan.

Harum ruangan ini mengingatkan pada sesuatu, tapi Kirana tidak tahu persis. Alam bawah sadarnya merasakan lagi pelukan Mama yang membuatnya hangat dan nyaman. Kirana sangat merindukan Mama. Dia tidak bisa bohong pada dirinya bahwa sorot lembut tatapan Mama di foto besar itu membuatnya kembali menyesali keadaan.

Kenapa Papa memilih membangun keluarga baru? Di mana Papa waktu Mama berjuang melawan penyakitnya?

Kirana mulai terisak. Bahunya berguncang. Bude Citra cepat-cepat meraih bahu gadis itu dan memeluknya erat-erat, lalu mengusap rambutnya.

Fluttering HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang