Chapter 12

14.7K 1.5K 88
                                    

Kirana merebahkan diri di tempat tidur kamar. Sekarang sudah jam sembilan malam, tapi dia ingin sekali ke halaman samping, ke bawah pohon jambu. Sekadar melihat rumah Elang. Siapa tahu Elang masih duduk-duduk di samping rumahnya. Lumayan kan, bisa lihat wajah dia.

Entah mengapa, semakin sering bertemu, Kirana malah merasa semakin tidak bisa lama-lama jauh dari Elang. Seperti minum air laut. Semakin diminum malah semakin membuat haus.

Gadis itu berpikir sejenak, tapi akhirnya mengurungkan niatnya. Malam-malam begini ke bawah pohon jambu, nanti ketahuan Bude Citra. Malu lagi, deh. Akhirnya Kirana memutuskan untuk melihat-lihat Instagram Elang.

"Eh, ada ini!" jantung Kirana berdegup kencang melihat foto terbaru di Instagram itu.

Kirana senyum-senyum. Itu foto dirinya yang diambil tampak belakang. Dia sedang berjalan di sebuah lorong Kampung Batik Laweyan dengan cahaya matahari sore yang hampir redup. Senyum gadis itu semakin lebar saat membaca caption di bawah foto:

Nothing can replace you.

Sedetik kemudian, Kirana merasa tubuhnya melayang. Selama jalan-jalan sore tadi Elang memang beberapa kali memotret menggunakan ponsel, tapi Kirana baru tahu ada foto dirinya yang tampak belakang seperti itu. Pasti Elang memotretnya diam-diam.

Tanpa pikir panjang, gadis itu langsung menekan tombol love.

Kirana tidak berhenti sampai di situ. Dia melihat-lihat foto Elang yang lain.

Ada foto Pak Laksono sedang membuat batik cap. Kirana memberi love lagi. Lalu, foto plat-plat cap batik dengan berbagai motif batik. Kirana mulai akrab dengan sebagian bentuk motif batik itu. Dia pun tidak pikir panjang lagi dan langsung menekan tombol love. Ada juga foto Elang sedang bersama Calista, kakaknya, ketika mereka sedang liburan di Bali.

Kirana baru saja akan melihat-lihat foto lain, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Gadis itu hampir saja melompat ketika melihat tulisan di layar. 'Elang'.

"Halo, Lang?" Kirana cepat-cepat menyahut.

"Belum tidur?"

Kirana mengubah posisinya, dari rebahan menjadi duduk dengan tumpuan bantal-bantal besar. Suara di seberang sana terlalu merdu untuk didengarkan sambil malas-malasan.

"Belum. Kenapa?" sahut Kirana berusaha sesantai mungkin untuk menyembunyikan debaran halus di dada.

"Nggak ada PR emangnya? Nanti dimarahin guru lagi," kata Elang.

"Nggak. Ulangan-ulangan juga masih minggu depan," sahut Kirana.

"Kalau itu sih, sama. Hehehe ...."

Duh, tawa itu! Kirana tidak ingin cepat-cepat menyudahi pembicaraan ini meskipun tidak tahu harus ngobrol apa. Dia memilin-milin rambutnya yang tergerai di bahu.

"Sabtu depan kamu ulang tahun. Mau dibeliin apa?"

Deg!

Kirana tidak bisa membendung perasaannya. Hari Sabtu besok Kirana ulang tahun ke-17. Sweet seventeen. Ulang tahun paling istimewa. Dan menjadi lebih istimewa lagi karena Elang tahu ulang tahunnya!

"Kamu kok, tahu? Siapa yang bocorin?" Kirana penasaran.

"Kepooooo! Nggak perlu tahu, lah. Udah, kamu sebut aja, pengin dibawain apa?" Elang di ujung sana tergelak.

Kirana ikut tertawa.

Cinta. Kirana ingin dibawakan cinta. Tapi dia tidak mungkin menjawab begini.

"Bener nih, mau kasih aku kado apa aja yang aku minta?" Kirana dapat akal. Senyum jailnya muncul.

"Iya. Selagi aku bisa," sahut Elang.

"Aku minta seribu sackdress dari batik yang belum pernah ada di negeri ini dan bikinnya harus selesai sebelum ayam berkokok besok pagi," tawa Kirana pecah.

Elang juga terbahak-bahak.

Pada saat inilah Kirana merasa sangat akrab dengan Elang. Mereka sudah berteman. Sudah satu tingkat lebih maju.

Kirana masih memendam satu hal. Dia ingin Elang tahu bahwa dia telanjur jatuh cinta.


Fluttering HeartsOnde as histórias ganham vida. Descobre agora