Prolog

46K 2.6K 101
                                    

"Hanya beliau satu-satunya orang yang selamat, serangan itu memang diluar dugaan, Ndan." ujar seorang perwira berpangkat letnan kepada seorang jendral atasannya.

"Dia memang kebanggaanku, dia pernah menjadi anggota tim kopassus terhebat dari yang hebat, dia sangat mirip dengan Kakeknya. Sangat kuat dan jiwa patriotismenya juga sangat luar biasa. Baginya kesatuan NKRI adalah harga mati."

Sang jendral berbicara dengan pandangan lurus ke arah tubuh yang berbaring koma di ranjang pasien ruang ICU dengan luka bakar di wajah dan hampir di seluruh tubuhnya.

"Dia pun sangat mirip dengan Anda, Ndan. Bukan hanya kuat fisik, tapi juga hebat dan cerdas. Bayangkan saja, di usianya yang masih tiga puluh dua, dia sudah menyandang pangkat Mayor inf. Dan keputusannya untuk memimpin langsung tim Egele Eye merupakan keputusan yang mulia," kata sang letnan dengan kekaguman yang nyata di wajahnya, dia juga menatap lekat sesosok tubuh yang tertutup perban hampir seluruh tubuh kecuali dada dan perutnya.

"Walau bagaimana pun dia adalah keponakanku," jawab sang jenderal.

"Saat ini dia mengalami koma yang cukup serius, tapi saya yakin dia bisa melewatinya." Pandangan Sang Jendral, tak teralihkan dari sosok yang terbaring tak bergerak itu kala ia berbicara.

"Tentu saja Komandan. Koma ini bukan hal yang sulit untuknya. Kita semua tahu kalau Mayor Fajar seorang yang sangat kuat. Keadaan komanya saat ini pasti akan sangat mudah ia lewati," Sang letnan terlihat berapi-api dan Sang Jendral pun tersenyum bangga.

Hening sesaat hingga Sang Jendral kembali berkata, "Oya Letnan Joni, apa penyusup yang kemarin malam menyusup ke sini sudah dibekuk?"

"Saat ini saya menghadap anda untuk melaporkan masalah itu, Ndan."

"Kalau begitu bagaimana perkembangannya."

"Penyusup itu tewas satu jam setelah diringkus, sepertinya dia menelan racun sianida yang sengaja dia bawa untuk bunuh diri disaat terdesak. Tapi sebelumnya kami berhasil mendesak dia untuk mengatakan tujuan dia berpura-pura menjadi dokter dan menyusup ke ruangan Mayor Fajar."

"Apa tujuan dia Letnan Joni?"

"Mengidentifikasi korban selamat. Katanya, jika korban yang selamat itu ternyata anggota TNI maka dia akan membunuhnya."

"Siapa yang menyuruhnya? "

"Itulah yang disayangkan, penyusup itu bungkam tak mau mengatakan siapa yang menyuruhnya hingga dia lemas, dan meninggal saat perjalanan ke rumah sakit, dan setelah otopsi, ternyata dia keracunan sianida yang sudah ditelannya sewaktu pengejaran. Dan yang membuat saya bingung dari hasil identifikasi ternyata orang itu bukanlah warga Papua."

"Jika dia bukan warga Papua, maka ada kemungkinan kalau penyerangan itu bukanlah dari organisasi yang selama ini menuntut pemisahan Papua dari NKRI, seperti yang semula kita tuduhkan. "

"Tapi dari kesaksiannya, dia sangat mengesankan kalau dia adalah anggota ormas yang menuntut pemisahan Papua dari NKRI, Ndan."

"Siapa pun mereka, pastilah mereka bukan orang-orang sembarangan, mengingat aksinya yang terbilang berani dan bahaya. Aku yakin Fajar mengetahui siapa mereka. Dan itu artinya nyawa Fajar saat ini benar-benar sedang terancam." timpal sang Jenderal

"Benar sekali, Ndan. Mayor Fajar adalah satu-satunya Eagle eye yang tersisa, karena semua tim Eagle Eye yang ia pimpin tewas dalam serangan itu. Dan itu artinya hanya Mayor Fajar satu-satunya yang memegang informasi tentang siapa dan apa rencana para penyerang itu. Dan tentu saja ini sangat membahayakan keselamatannya, para teroris itu pasti akan mengincar keberadaannya dan membunuhnya, jika mereka tahu beliau masih hidup." Letnan itu berbicara dengan kehawatiran yang jelas di matanya.

Senja menanti FajarWhere stories live. Discover now