Lima Belas

21.4K 2.1K 133
                                    


Sulit tidur membuat Senja terduduk, tangannya meraih pegangan laci nakas di samping tempat tidurnya. Botol kecil berisi butiran obat tidur pun diraihnya dari sana. Butiran kecil itu selalu menjadi penolongnya selama enam tahun terakhir, dan tidak pernah ia gunakan lagi sejak dua bulan ke belakang, karena dada kekar Fajar berhasil menjadi pengganti obat tidurnya itu.

Reaksi obat itu terbilang cukup cepat, tak lama setelahnya Senja pun mulai memasuki alam mimpinya.

***

Berbagai perasan berkecamuk di hati Fajar, mengiringi langkah kakinya menuju kamar tamu.

Sesampai di sana, tangannya langsung mengetuk pintu yang tertutup di hadapannya. Tak perlu lama menunggu pintu yang di ketuk pun terbuka menampakkan sosok Rania yang membalut tubuhnya dengan kimono tidur yang menggantung cantik di atas paha ramping dan sexy kebanggaannya. Rambut Rania di gulung membentuk sanggul asal-asalan dengan membiarkan anak rambut membingkai wajah cantiknya.

Pandangan Fajar berawal dari wajah Rania dan perlahan menuruni tubuhnya, menilai seberapa tertariknya ia pada sosok cantik di hadapannya.

Senja kata, Rania adalah wanita yang paling ia cintai. Benarkah itu? Ia pun mencari tahu dengan menguji diri.

"Aku akan dengan senang hati jika kamu memandangiku seperti itu di dalam, hingga tak satu orang pun mengganggumu. Jadi, tidak inginkah kamu masuk?" ujar Rania, menunjukkan senyum terbaiknya, dan berusaha menggoda Fajar dengan keahlian yang selama ini tidak penah ia ragukan.

Fajar pun melangkahkan kakinya melewati sosok tinggi, langsing, dan terawat, layaknya super model itu, tanpa melirik ke arahnya sedikitpun.

Rania menutup pintu di belakang Fajar yang kini berdiri menjulang di tengah ruangan yang beraroma feminine yang kuat dan khas.

Fajar sedikit terlonjak, saat mendapati sepasang tangan memeluk tubuhnya dari belakang, tangannya langsung meraih jari lentik dan terawat yang kini menempel di dada kekarnya, menghentikan aktivitas jari lentik itu perlahan, dan berharap pemiliknya tidak merasa tersinggung.

Untuk menjaga perasaan wanita yang kata Senja adalah istri pertamanya, Fajar tetap menggenggam tangan Rania saat memutar badan menghadapnya. Pandangannya tertunduk menatap wajah cantik mirip Angelina Jolie yang saat ini menengadah dan memamerkan senyuman terbaiknya.

Rania memang cantik, Fajar pun mengakui itu dan kimono tidur yang ia kenakan menyempurnakan tubuh seksinya. Sekilas ingatan tentang sosok seperti itu melintas di benaknya. Tidak hanya satu bayangan ada banyak bayangan yang menggambarkan bentuk wajah yang tersenyum dan menggodanya seperti itu.

'Mereka memang luar biasa cantik, dan seksi, tapi tidak ada yang lebih menggairahkan saat ini, selain tubuh mungil dengan bokong bulat penuh, yang mungkin pemiliknya saat ini sedang menangis karena cemburu.' pikir Fajar.

Ingatannya pun kembali pada Senja yang mendesah di atas meja dapur. Pada bokongnya yang kenyal dan sintal. Pada pinggang ramping yang pas dalam lingkaran lengannya. Pada buah dadanya yang naik turun saat berlari hanya dengan menggunakan tanktop berleher rendah dan bertali sebesar jari kelingking, saat main bola sore tadi.

'Sialan kamu Senja, bagaimana mungkin aku bisa bercinta dengan wanita ini, sementara otakku di penuhi bayangan tentangmu.'

Senja menanti FajarOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz