Tiga Belas

20.2K 2.1K 252
                                    

"Senja...."

Sebuah suara menghentikan pergerakan Senja. Dia pun membalikkan badan, untuk melihat siapa pemilik suara yang memanggil namanya.

Mata Senja membulat, saat melihat sosok sempurna di hadapannya.

Seorang wanita cantik berdiri di sana. Wanita dengan postur tubuh tinggi semampai, lima belas senti lebih tinggi dari Senja. Memiliki kaki yang panjang dan indah, rambutnya pun panjang dan hitam, wajahnya teramat cantik, sangat mirip dengan aktris hollywood Angelina Jolie.

Kecantikan wajah yang mampu membuat para pria terpesona dan para wanita iri dibuatnya. Untuk sesaat, Senja hanya bisa memandang kesempurnaan maha kaya Sang Pencipta di hadapannya.

"Aku tahu, kamu sangat tidak mengharapkan kedatanganku, Senja." Suara wanita itu terdengar merdu mengalun bagai musik terindah sepanjang masa.

Senja berdehem untuk menghilangkan rasa tak nyaman di tenggorokan yang tiba-tiba saja muncul mengiringi rasa ketidaknyamanan lain di tubuh dan perasaannya.

"Rania..." Suara Senja tercirit dan ia kembali berdehem. "Apa kabar?" lanjutnya.

"Baik," jawab wanita yang Senja panggil dengan nama Rania.

Untuk waktu yang cukup lama mereka hanya saling menatap.

"Kedatanganku ke sini untuk bertemu Fajar. Menurut informasi yang kudapat. Fajar kembali padamu. Apa itu benar?" tanya Rania. Wajahnya datar, tatapannya tak terbaca, tapi dia terlihat tenang.

"Ya," hanya itu yang bisa Senja katakan saat ini, suaranya bergetar karena perasaan yang bercampur aduk.

"Aku ingin bertemu dengannya."

"Biar aku panggilkan dia untukmu," balas Senja, kakinya melangkah untuk memanggil Fajar yang sedang bermain bola bersama Rio di halaman samping rumah, posisi mereka tak memungkinkan untuk tahu kalau ada tamu yang datang.

"Senja," panggil Rania, membuat langkah Senja terhenti, dan kembali menghadap Rania.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya Rania, terlihat kawah bening di pelupuk matanya.

"Ya, saat ini cukup baik."

"Dari informasi yang kudapat, Fajar telah kehilangan wajah lamanya dan ia mengalami amnesia, apa itu benar?" lirih Rania.

"Ya, benar." jawab Senja, setengah berbisik.

"Karena itukah, dia tidak kembali padaku?" Suara Rania seperti tercekat.

Hati Senja yang lembut, langsung merasa bersalah saat pertanyaan-pertanyaan Rania ia dengar.

"Separuh ingatannya hilang, dia tidak mengingat kejadian lebih dari lima belas tahun kebelakang. Dia tidak ingat aku, Bunda, dan pasti dirimu juga."

"Dan saat ini kamu memanfaatkan kondisinya?" sindir Rania, membuat Senja tergagap.

"Sepertinya menunggu di ruang tamu lebih nyaman. Sementara aku panggilkan Fajar untukmu," ujar Senja mengabaikan sindiran Rania, ia pun melangkahkan kakinya menuju pintu, untuk membukakan pintu masuk itu untuk Rania.

Namun, baru saja tangannya memegang handel pintu, suara Rio menarik perhatiannya.

"Mam, bikin jusnya gak usah jadi ya!" teriak Rio.

Senja menoleh ke asal suara Rio. Dia sedang duduk di atas pundak Fajar. Fajar memanggul dengan tubuh tegak tanpa beban, Ayah dan anak itu terlihat bertelanjang dada, Fajar menenteng kaus miliknya dan Rio dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya memegangi kaki Rio di dadanya.

Senja menanti FajarWhere stories live. Discover now