Sebelas

21K 2K 111
                                    


Dengan cepat, Senja melepas pakai salatnya. Lalu berlari mengejar Fajar.

"Mas, aku benar-benar minta maaf." ucap Senja, setelah berhasil menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Fajar.

"Mas, masa Mas gak mau maafin sih... Senja janji, gak akan bohong lagi deh... Sumpah!"  Tapi Fajar seperti tak mau dengar, dengan bersikap seolah tak ada siapapun di dekatnya ia berjalan menuju dapur.

Namun, sepertinya Senja pun tak mau menyerah, dengan langkah cepat ia mengekor di belakang Fajar.

"Mas, udah dong marahnya." Senja kembali membujuknya. Namun suara Senja, Fajar anggap seperti angin lalu, dengan santai ia mengambil gelas dari rak, setibanya ia di dapur. Mengisinya dengan air putih dingin dari lemari es, lalu meminumnya.

"Mas..." bujuk Senja menuntut jawaban.

"Jangan harap bisa dengan mudah mendapatkan maafku, aku tidak akan memberikannya sebelum hari berganti malam dan malam berganti hari, bahkan dipastikan lebih lama dari itu," jawab Fajar akhirnya.

"Dan aku akan terus berusaha, tak peduli hari sudah menganti malam," jawab Senja tak mau kalah, dan ia tersenyum melihat rahang kokoh Fajar mengeras karena kesal.

Sebenarnya Fajar tak ingin bersikap tidak dewasa seperti ini, tapi ia merasa Senja sudah keterlaluan. Setengah mati ia menahan hasrat yang membuncah karena mengira Senja dalam zona merah. Tapi ternyata Senja membohonginya, dan hal itu membuat ia kesal, biarlah ia memberi Senja sedikit pelajaran. Dengan lebih lama merasa bersalah, dan ia belum ingin memberinya maaf.

Namun, istri mungilnya itu seperti tak kenal lelah dan tak mau menyerah. Ia kembali mengekor di belakang Fajar saat suaminya itu kembali berjalan ke kamar.

"Berhentilah mengikutiku Senja!" pinta Fajar ketus, saat mereka sudah kembali di dalam kamar.

"Enggak, gak mau." balas Senja.

"Aku mau mandi."

"Aku akan tetap mengikutimu sampai Mas memafkanku," jawab Senja berteguh hati.

"Kamu tidak malu melihat aku telanjang?" tanya Fajar.

Senja terdiam.

"Oke" gumam Fajar, dengan cepat membuka kaus yang ia kenakan.

Pandangan Senja tertegun pada dada kekar dan perut sixpack di hadapannya. Namun, ia segera membalikkan badannya saat Fajar membuka celana training-nya.

Senyum Fajar terukir melihat tingkah Senja, dengan cepat ia pun masuk kamar mandi tanpa peduli pada Senja.

***

Widia merasa heran melihat sikap Senja yang terlalu ramah pada Fajar saat sarapan. Namun sebaliknya, Fajar terlihat datar bahkan sedikit cuek.

"Nasi gorengnya lezat, bun. Bunda memang the best, untuk urusan masak,"  ujar Fajar.

"Tapi, kali ini nasi gorengnya Senja yang buat kok," jawab Widia.

"Oh... Tapi memang kalau untuk bikin nasi goreng seperti ini, tidak terlalu sulit. Aku pun bisa membuatnya," gumam Fajar bersungut-sungut.

"Jadi, Mas bisa masak? Ah... Jadi pingin ngerasain masakannya," pekik Senja. "Ya gak, Bun?" lanjutnya meminta persetujuan Widia.

"Benar, gimana kalau siang ini Fajar yang masak untuk makan siang kita?" ujar Widia.

"Setuju..." sahut Senja.

"Oke." kata Fajar, menaikan sebelah alis tebalnya, seperti tak terpengaruh walau sebenarnya ia sama sekali tak pandai memasak.

Senja menanti FajarWhere stories live. Discover now