Epilog (part 3) Tamat

37.1K 2.4K 227
                                    

Senja tengkurap, telanjang dan tergeletak di tempat tidur di atas dada Fajar sambil terengah-engah . Matanya terpejam merasakan jari Fajar yang menelusuri punggungnya dari atas lalu kebawah. Malam itu Fajar seperti ingin balas dendam karena seminggu lebih tidak menyentuh istrinya. Namun dampaknya, Senja harus lemas karena mengalami multi orgasme.

"Merasa puas, Nyonya. Adam?" tanya Fajar. Senja menggumam tanda setuju. Dia tak punya tenaga yang tersisa untuk berbicara. Fajar mengangkat kepala Senja, seketika mata Senja menjadi fokus menatapnya. Dia tersenyum senang melihat dan menyukai tatapan sayang Fajar yang hangat. Dengan sengaja, dia menurunkan kepala ke bawah untuk mencium dada suaminya itu.

Fajar terdengar menahan napas, saat Senja menanamkan ciuman lembut ke dadanya, menghirup aroma khas Fajar, yang bercampur dengan keringat dan seks. Aroma yang memabukkan, pikir Senja.

"Apa Mas juga merasa puas?" bisik Senja, tiba-tiba dia merasa malu.

Fajar menyeringai lalu berkata, "tidak akan pernah puas, Sayang. Aku akan terus menginginkanmu lagi dan lagi." Tangan Fajar kembali menyusuri punggung Senja saat berkata.

"Bagaimana rasaku malam ini?"

"Butuh penilaian hmm?" Fajar balik bertanya sambil meremas bokong sintal Senja.

"Aku hanya ingin memastikan usaha Mama dan Naina tidak sia-sia." jawab Senja sambil mendesah.

"Katakan pada mereka. Kalau aku mengakui mereka menang."

"Tidak ada pertandingan di sini jadi tidak ada yang menang dan kalah."

"Lantas apa tujuan mereka melakukan semua ini."

"Naina bilang, dulu Mas selalu cepat merasa bosan pada seorang wanita dan selalu bergonta-ganti pacar. Untuk itu Mama dan Naina mengajari dan merawatku seminggu ini supaya Mas tidak cepat bosan padaku."

"Mereka tidak tahu apa-apa dengan melakukan semua itu." balas Fajar, lalu membungkuk dan mengecup kening Senja.

"Mungkin, mereka hanya ingin menyenangkanmu, mengingat ketidak beruntungan Mas karena menikahi seorang janda," kata Senja tersenyum ke arah Fajar sambil membelai wajahnya.

"Kalau menikahi janda yang setiap kali bercinta dengannya serasa bercinta dengan perawan, adalah sebuah ketidak beruntungan, maka aku tidak tahu orang yang beruntung dalam hal ini, itu seperti apa."

Rona merah terpancar di pipi Senja saat ia tersenyum lalu menyembunyikan wajah di dada keras Fajar karena merasa malu.

"Lihat janda ini, dia tersenyum malu seperti gadis usia tujuh belas tahun saat aku menyanjungnya." kata Fajar.

Senja tertawa dan napasnya berhembus di dada Fajar membuat pria itu kembali menahan napas dan kini melenguh.

"Aku tidak pernah merasa seberuntung ini dalam hidupku, Senja."kata Fajar sambil menghembuskan napas. "Kamu memiliki sesuatu yang membuatku tak akan pernah bisa merasa bosan. Bukan hanya dalam berhubungan fisik saja, tapi setiap hal dalam hidupku. Dan kamu jauh lebih istimewa dari wanita-wanita yang dulu pernah aku kencani."

"Sangat tidak masuk akal mengingat mereka pasti jauh lebih cantik dibanding aku."

"Tapi mereka tidak bisa membuat aku jatuh cinta, dan tubuhnya tidak bercandu seperti tubuhmu." Fajar kembali mengangkat kepala untuk mengecup hidung Senja lalu berbaring dan menarik Senja mendekat, jadi mereka berpelukan di tempat tidur.

"Sekarang sudah malam. Tidurlah kalau tidak, jangan salahkan aku, kalau aku kembali menindih tubuhmu," lanjutnya sambil mengecup puncak kepala Senja.

"Jika ada kain putih yang bisa aku raih tanpa harus bergerak, aku akan mengibarkannya tanda menyerah," bisik Senja.

Fajar tidak mengatakan apa-apa untuk sesaat, tapi Senja merasakan seringainya.

Senja menanti FajarWhere stories live. Discover now