Dua puluh.

19K 2K 85
                                    

"Mau kemana kita, Fajar?" tanya Rania.

"Kalau aku memberitahumu sekarang, berarti bukan kejutan lagi." kata Fajar menoleh ke arah Rania sebentar, tersenyum lalu kembali memfokuskan pandangan pada jalan yang ia tempuh.

"Apa yang mau kita bahas?" tanya Rania lagi.

"Sabarlah sampai kita tiba di tempat tujuan.

Untuk beberapa saat hanya keheningan yang mereka rasakan.

Namun, sepertinya Rania sungguh tidak sabar, ia pun kembali bertanya, "apa Nessa mengatakan sesuatu padamu?"

"Sesuatu?" Fajar balas bertanya, dengan memasang wajah tak mengerti.

"Ya, intinya bicara sesuatu yang menjelek-jelekkan aku. Harus kamu ingat Fajar, dia itu adik Senja, tentu saja dia tidak akan menyukaiku, terbukti saat kita makan siang tadi. Sikapnya sangat dingin dan menunjukan ketidaksukaannya terhadapku. Jadi, apapun yang ia katakan padamu tentang keburukan aku, itu hanyalah usahanya untuk memisahkan kita," jawab Rania.

"Tapi, tak sedikitpun Nessa membicarakan keburukanmu, Rania."

Rania terlihat menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan perasaan lega. Fajar pun tersenyum dibuatnya.

Dua puluh menit berlalu dan sampailah mereka ke sebuah bangunan yang Rania sangat tahu kalau itu adalah kantor polrestabes.

"Fa...fa..jar. Bukankah, ini kantor polisi."

"Benar sekali, Rania." jawab Fajar dengan ketenangan ekstra.

"Tapi, untuk apa kita kesini?"

Fajar hanya tersenyum, lalu memarkirkan mobil Rania yang ia kendarai di parkiran yang telah tersedia.

"Turunlah, aku ingin memperkenalkan kamu terlebih dahulu pada seseorang, sebelum kamu tahu apa maksudku membawamu sore ini," kata Fajar lalu turun dari kursi kemudi.

Rania hanya diam, otaknya berpikir cepat. Namun, Fajar lebih cepat membuka pintu untuknya, sementara tangannya kembali meraih pergelangan tangan Rania.

"Cepatlah, kita tidak punya banyak waktu."

"Apa kamu mengingat seseorang, Fajar?" tanya Rania.

"Kamu akan tahu jika sudah di dalam."

Kecurigaan mulai menghantui hati Rania, tapi tangan Fajar begitu erat mencengkeram pergelangan tangannya, hingga Rania hanya bisa menuruti Fajar, keluar dari mobil dan berjalan mengikuti langkah Fajar dengan sedikit terseret karena Fajar menariknya cukup kuat.

Tak lama sampailah mereka pada meja tempat dua polisi jaga duduk.

"Ada yang bisa kami bantu?" sapa salah satu polisi muda berpangkat briptu.

"Saya ingin bertemu langsung dengan Bapak Kapolres."

"Maaf, tapi apa sudah ada janji."

"Katakan saja pada Bapak Kapolres. Kombespol. Andi Nugraha, kalau Fajar Adam ingin bertemu."

Polisi jaga itu pun terlihat menghubungi seseorang di sambungan telpon.

"Fajar, ada apa ini?" tanya Rania, mulai resah.

Tapi Fajar tak menjawab

"Bisa tunggu sebentar," kata si petugas jaga.

Fajar hanya mengangguk.

"Fajar, jawab aku! Untuk apa kamu bawa aku kesini?" tanya Rania, Fajar tetap diam, tapi pandangan mereka bertemu.

"Apa kamu mau menjebakku?" kata Rania lalu berusaha melepaskan cengkeraman Fajar. Namun tak berhasil.

Senja menanti FajarWhere stories live. Discover now