27. Character Development

1.8K 107 2
                                    

Hari: Jumat, 17 Februari 2017
Materi Pembahasan: Character Development (Pengembangan Karakter)
Tutor: Amur Ray_Amur
Notulen: Johana MosaicRile
Disclaimer: theWWG

~~~~~~~~~~~****~~~~~~~~~~~~~~~

Perkenalan dulu ya?

Haha. Oke, panggil aja aku, Amur ya.

Silakan mampir di akun watty-ku. Ray_Amur

Salam kenal semuanya. 😁

Oke kita mulai aja, ya.

Malam ini aku diminta membawakan materi tentang Pengembangan Karakter yang kita buat (khusus fiksi) baik itu novel maupun cerpen.

Mari kita diskusi bersama, ya.

Karakter tokoh ini penting, sebab menjadi salah satu penentu kualitas dari karya fiksi.

Maka dari itu melahirkan sebuah pertanyaan:

Bagaimana membangun karakter tokoh ceita yang baik?

Oke, aku rangkum dalam beberapa tips dan triknya, ya.

1. Melalui ucapan-ucapan si tokoh.

Ucapan si tokoh dalam menggambarkan karakternya.

Orang yang sopan tentu berbeda cara ngomongnya dengan orang yang bengal. Orang pemarah tentu berbeda cara ngomongnya dengan orang yang penyabar. Demikian seterusnya.

2. Melalui pemberian nama.

Kalau realitanya (dunia nyata) nama memang belum tentu menggambarkan perilaku orang tersebut.

Tapi dalam fiksi, kita bisa memberikan kesan karakter yang berbeda-beda.

Misal nama Amur cendrung berkesan sopan 😀, baik.

Sedangkan nama William berkesan playboy dan mesum.

Pemberian nama juga disesuaikan dengan setting cerita dan karakter etnis dari tokoh tersebut.

Misal ya, aneh kalau kalian menceritakan tokoh yang beragama kristen bernama Muhammad. Atau saat kalian menceritakan orang yang dari Sunda dengan nama Michael. Andai pun memberi nama seperti itu, kalian harus memberikan banyak informasi kenapa namanya seperti itu.

3. Melalui deskripsi kita.

Ini cara yang lumrah, dan banyak kita temukan. Contoh ya, "Ndi adalah gadis yang amat penyabar, ia selalu memulai ucapan dengan senyuman. Dan ia juga tidak bawel, meski terkesan manja.

4. Dengan pendapat tokoh-tokoh lainnya di dalam cerita kita.

Contoh, ya:

Cia berkata, "Le itu sombong banget deh. Masa aku tegur dia gak nyahut apalagi mau nyapa duluan, huh..., dasar!”

5. Melalui sikap atau reaksi si tokoh terhadap kejadian tertentu.

Ketika seorang anak memecahkan gelas, apa yang dilakukan ibunya?

Dalam hal ini, kita harus merumuskan dulu secara jelas, bagaimana karakter si Ibu.

Apakah dia pemarah, penyabar, dsb. Jika yang kita ceritakan adalah seorang ibu yang penyabar maka kita tentu tidak akan membuat kalimat yang menceritakan bahwa si ibu marah besar lalu memaki anaknya.

6. Memperkuat karakter seorang tokoh dengan menempeli dirinya dengan hal-hal yang unik.

Misal, seorang tokoh yang selalu mengakhiri omongan dengan kata ‘kok’.

Kelas Menulis The WWGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora