Chapter 15

1.8K 133 7
                                    

Seorang pemuda masih setia berdiri sambil menggepalkan tangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang pemuda masih setia berdiri sambil menggepalkan tangan. Melihat orang yang begitu dicintainya kini berpelukan dibawah pohon rindang ditaman.

Revan.

Pemuda yang baru saja seperti orang gila karna cintanya ditolak mentah-mentah. Disinilah pemuda itu sekarang di Taman.

Membalikkan tubuhnya untuk menghindari pemandangan yang membunuhnya perlahan.

"Kenapa sesakit ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Mengapa rasanya sangat menyakitkan.." ucapnya sambil memukul-mukul dadanya berharap rasa sakitnya berkurang.

"Hentikan!" Pekik seseorang yang berdiri didepannya sambil memegangi tangannya.

"Enyahlah!!" Ucap Revan kepada seorang gadis sipit yang berdiri di depannya.

"Van.. dengerin aku sekali aja?" Ucap gadis itu lembut.

"Berhenti mengangguku aliza!! dan pergilah!!" Ucap Revan dengan pandangan yang siap membakar siapa saja.

"Tidak akan!" Jawab gadis yang bernama liza itu tegas.

"Ku bilang pergi!! Aku bosan dengan semua tingkahmu.. selalu mengikutiku dan berbuat baik padaku!! Aku benci itu!!" Ucap revan tak kalah tegasnya.

"Kenapa? Karena bukan Rania yang melakukannya? Begitu?" Ucap liza sambil mencoba menahan air matanya.

"Iya! Karna semakin kau baik padaku.. semakin membuatku berharap kalau nana yang melakukannya!!" Jawab revan

Membuat air mata liza tak terbendung lagi.

"T-tak bisakah kau melihat kearahku sekali saja?.. kau pikir aku tak terluka? A-aku terluka.. aku sakit.. bahkan aku rela melakukan segalanya agar kau melihat kearahku.. bahkan aku mencoba menjadi rania.. Agar.. Agar kau menyukaiku.." ucap liza sambil menyeka air matanya.

"Aku berpikir keras apa yang kurang dariku.. aku lebih cantik dari rania.. aku lebih pintar dari rania.. La-lalu.. apanyanya yang salah.." tambahnya sambil terus mengeluarkan liquid dari mata sipitnya. Membuat mata sipit itu semakin tak terlihat.

"A-aku berpikir dan terus berpikir.. hingga aku sadar apa yang salah denganku.." ucapnya sambil mengunci pandangannya dengan revan.

"Bahwa.. aku terlalu mencintaimu.. aku yang salah.. akulah masalahnya.. karna aku terlalu badoh mencintai orang sepertimu.. aku lelah.. lelah.. sangat lelah.. haruskah aku menyerah?.. aku ingin!! Sangat ingin menyerah.. tapi.. mengapa aku tak bisa melakukannya? Kenapa?! hah? Bahkan aku rela berlari dari sekolah kerumahmu demi menemuimu.. bukankah itu gila? Ya!! Aku gila karna mencintaimu revan!!" Ucap liza dengan suara yang naik beberapa oktaf. Beruntung gerimis membuat taman benar-benar sepi.

Air mata gadis sipit itu tak henti-hentinya mengalir membasahi pipinya. Kedua bola matanya tak kuat lagi beradu tatap membuatnya menundukkan kepalanya dalam.

FAT(E) LOVE (COMPLETED)Where stories live. Discover now