Epilog

214 15 6
                                    

Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Flashback.
.
.

Ibnu pov

"I-ini buat kamu" ucap gadis di depanku dengan bola mata bulat berbinar serta pipi chubby pucat yang terlihat sedikit kemerahan.

"Buat aku?" tanyaku sambil menatapnya bingung.

Kini mataku beralih ke arah tanggannya yang tengah menggenggam surat berwarna tosca. Sama seperti warna tasnya.

Gadis di depanku kini mengangguk mantap, lalu menunduk dalam, membuat wajahnya tertutupi oleh rambut hitam panjangnya.

Tidak. Aku tidak boleh menerimanya, bisa bahaya jika hal ini akan di ketahui oleh gadis gila itu. Aku yakin Riska akan semakin membuli gadis mungil di depanku ini.

Tapi.. melihat wajah berharapnya membuatku tak tega, sial! Ada apa denganku? Tanpa sadar aku meraih surat itu, membuat gadis di depanku langsung mendongakkan kepalanya dan tersenyum bahagia, yang berhasil membuatku ikut tersenyum, walau aku berusaha keras menyembunyikannya.

Dengan langkah bingung ia sedikit mundur lalu mengalihkan pandangan ke segala arah. Membuatnya terlihat sedikit menggemaskan.

"Be-besok aku tu-tunggu balasnnya" ucapnya sambil berlari kecil menjauh dariku.

"Besok?" Gumamku pelan.

Hingga detik berikutnya aku menepuk dahiku dan mengumpat bodoh beberapa kali.

Aku menatap surat berwarna tosca itu, merutuki diriku, benar! Semuanya salahku. Jika saja aku tidak melibatkan Rania dalam masalahku dengan Riska, seharusnya aku tidak membantunya setiap kali Riska ingin membulinya. Seharusnya aku tidak membuatnya berharap kepadaku.

Bagaimana ini?! Apa yang harus aku lakukan?!

Tangan seseorang meraih surat yang berada di tanganku, Membuatku tersentak, mencoba kembali meraih surat itu, namun dengan sigap gadis di depanku ini segera memasukkannya ke saku baju seragamnya. Membuatku mengeram kesal.

"Balikin!" Ucapku dingin.

Sedangkan gadis gila di depanku ini hanya menganggkat sudut bibirnya membuatnya terlihat sangat menyebalkan.

"Kamu suka sama dia?!" Ucap Riska dengan suara melengkingnya.

"Bukan urusan Lo! Balikin!" Kini suaraku sudah naik beberapa oktaf dari sebelumnya.

"KALO GITU YA JANGAN TERIMA! BISAKAN! AKU GA SUKA!" teriaknya

"Denger ya! Mau aku suka sama siapapun, mau aku terima barang dari siapapun bukan urusan Lo!" Jawabku kesal.

Jika bukan karena perempuan, mungkin aku sekarang sudah melayangkan pukulan ke wajahnya.

"AKU GA PERDULI POKOKNYA AKU GA SUKA! KAMU ITU CUMA PUNYA AKU! TITIK!"

FAT(E) LOVE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang