Chapter 28

1.2K 109 17
                                    

Rania menatap kosong ke depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rania menatap kosong ke depannya. Menatap kosong ke arah jalanan menatap orang-orang yang berlalu lalang.

Earphone putih melekat di kedua telinganya. Membiarkan lagu mengalun Indah darinya. memejamkan matanya yang terasa berat.

Pejamkan mata bila~
Ku ingin bernafas lega~
Dalam anganku aku berada~
Di satu persimpangan~
Jalan yang sulit ku pilih~

Lagu bimbang milik melly goeslaw yang ia dapat dari hasil bluetooth dengan fadya kini mengalun Indah dari earphone kesayangannya.

"Hah~"

Entah berapa kali rania menghela nafasnya.

Matanya menatap kearah langit yang berwarna biru ke jinggaan itu.

Ia ingin kembali ke masa lalu.

Sebelum ia bertemu ibnu.

Hidup tenang dengan hari-hari di penuhi banyak warna.

Seharusnya ia tak menerima perasaan pemuda itu.

Ia ingin memutar waktu dimana saat madan menyatakan perasaannya.

Seharusnya saat itu ia tak merelakan dirinya dan memaksakan hatinya.

Ia tak henti berperang dengan isi kepalanya.

Apa yang harus di lakukannya. Melawan takdir atau duduk diam mengikutinya.

Ia lelah.

Ia ingin menyerah.

dengan semua ini.
.
.
.
.
.

"Maaf lama.." ucap seseorang sambil mengatur napasnya. Bulir-bulir keringat mengalir mengalir dari dahinya yang terekspos Indah.

Rania hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Jalan sekarang?" tanya pemuda itu

"Bentar lagi.. Duduk aja dulu sini.." ucap rania sambil menepuk anak tangga trotoar di sebelahnya.

Sedangkan pemuda itu mengangguk sekilas sambil mengikuti saran rania.

Hening.

Kedua insan itu terlalu sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

"Ran.."
"Nuu.."

Mereka tersentak karna kekompakan yang mereka lakukan.

"Duluan deh.."

"Ladies first.."

"Enggak deh luan aja.."

"Oke..Emm.. Itu.." ibnu terdiam sebentar lalu meluruskan kakinya dan menyambung pertanyaannya.

"Madan apa kabar?"

Rania hanya menggidikkan bahunya acuh.

"Maksudnya?" tanya ibnu lagi

FAT(E) LOVE (COMPLETED)Where stories live. Discover now