Chapter 34

946 62 11
                                    

Gadis itu mengerjapkan matanya mencoba menerima cahaya yang perlahan berhasil di tangkap indra penglihatannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gadis itu mengerjapkan matanya mencoba menerima cahaya yang perlahan berhasil di tangkap indra penglihatannya. Dahinya menyirit bingung bukankah seharusnya yang ia lihat hanyalah ruangan putih dan berbau obat?

Lalu apa ini? ia hanya melihat banyak foto-foto makanan di langit-lagit yang bahkan tak berwarna putih melainkan tosca? Dan aroma ruangan ini. Bukan bau obat atau sejenisnya. Hanya saja ruangan ini beraroma sangat manis, dan terkesan sangat anggun dan hangat.

Ia perlahan ingin menggerakkan tangannya, tapi ia urungkan karna merasakan sesuatu menahan tangannya, terasa hangat dan berat. Kepalanya sedikit mendongak melihat ke arah tangannya yang sedang di genggam oleh seseorang.

"Bagaimana bisa si bodoh ini berada disini?" ucap gadis itu pelan.

Ia kembali membaringkan kepalanya, sedikit memiringkannya, menatap wajah seseorang yang mengenggem tangannya erat. Wajah yang terpahat sempurna itu kini terlihat sangat polos. Tak ada kesan datar dan tegas seperti biasanya.

"Terima kasih.." gumam gadis itu.

Gadis itu kembali menatap langit-langit ruangan itu. ingatannya kembali berputar, mengingat bagaimana dirinya yang selalu menyulitkan pemuda yang mengenggamnya itu. berapa banyak masalah yang ia buat dan dengan entengnya ia memberikan bebannya kepada pemuda itu.

Satu hal yang baru ia sadari, bukan hanya dirinya yang menyukai dirinya, melainkan juga pemuda itu. pemuda bodoh yang tak pernah menolak apa yang ia minta. Meski ada puluhan bahkan ribuan umpatan yang keluar dari bibirnya. Tanpa sadar sesuatu telah berhasil lolos dari matanya.

Lalu apa yang ia lakukan, ia bertingkah seolah-olah tak ada satu orang pun yang menyukai dan mencintai dirinya, sehingga ia hanya berpikir mereka harus berhasil membuatnya memiliki apapun yang ia sayangi dan cintai bagaimanapun caranya.

Lagi-lagi ia tersadar, bagaima mungkin orang yang tidak menyukai dan mencintaimu bisa dengan mudahnya memberikan  apa yang kau inginkan?

Bukan berarti mereka sangatlah menyukai dan mencintaimu?

Mengapa ia baru menyadarinya sekarang?

Gadis itu segera menegakkan tubuhnya, membuat tangan pemuda yang mengenggam tangannya tersentak, begitu pula dengan pemuda itu.

"Oh? Sudah bangun lo? Gimana? Udah baikan?" ucap pemuda itu sesaat setelah ia berhasil membawa nyawanya kembali.

Sedangkan yang ditanya hanya bisa diam dan menatap pemuda itu dengan mata memanas. Detik berikutnya ia lagi-lagi meneteskan cairan bening dari sudut matanya. Membuat pemuda yang sedari tadi juga menatapnya itu berhasil membulatkan matanya.

"H-hei.. kok menangis sih? Apanya yang sakit? Kepala lo? Tangan lo?" lagi-lagi dan lagi pemuda itu menghujaminya dengan pertanyaan.

Gadis itu menggeleng pelan dengan senyuman di sudut bibirnya. Namun air matanya tak kunjung berhenti menetes. Pemuda itu kini menyirit bingung. Bagaimana gadis di depannya itu bisa tersenyum dengan air mata yang mengalir. Dan terlebih lagi, senyuman itu adalah senyuman tertulus yang pernah ia lihat setelah bertahun-tahun lamanya.

FAT(E) LOVE (COMPLETED)Where stories live. Discover now