15. Other Side

7.5K 598 28
                                    

...

[15- Other Side]

"Woi! Itu jangan diambil dong iket gue!" jerit Febi sambil memegangi rambutnya yang baru disisir ke atas untuk diikat.

"Balikin, Milo!"

Aku segera memasukkan seragamku ke dalam tas lalu mulai mengikat rambutku.

"Pinjem kaca dong!" pinta Amel kepada Ghissa.

"Balikin sunscreen gue dong!" seru Ghissa.

Jika sudah seperti ini, keadaan kelas memang tidak ada bedanya dengan pasar.

"Buruan dong keluar, kita mau ganti baju!" seru Beni dengan kesal.

"Lova kalo mau di dalem boleh kok," celetuk Milo sambil duduk di sebelahku.

Aku bergidik. Membayangkan saja aku tidak mau!

"Gak minat!" jawabku sambil berjalan keluar kelas.

Milo terkekeh.

Santai sekali lagaknya, seperti kemarin tidak terjadi apa-apa.

"Minggir! Gue mau keluar!" seruku sambil mendorong tubuhnya yang menutupi jalan keluar.

"Cepetan! Kita udah ditunggu Pak Bonar," ujar Marsha.

Beberapa siswi yang sudah ganti baju langsung berjalan menuju lapangan basket. Karena Pak Bonar terkenal sangat tepat waktu, beliau bisa naik darah jika ada yang telat atau mengobrol saat pelajaran olahraga.

Bahkan kata Marsha, jika ada yang melanggar, akan dihukum berlari memutari lapangan sebanyak lima kali.

"Lovanka! Sedang apa kamu disitu? Cepat lari!"

"I— iya, Pak!"

Aku segera berlari memutari lapangan bersama dengan yang lain.

"Jangan suka ngelamun, nanti dimarahin Pak Bonar lagi," bisik Milo yang tiba-tiba berlari di sebelahku.

Aku mengangguk pelan.

"Kok lo jadi kalem?" tanya Milo.

"Jadi lo maunya gue gimana?" pekikku tak sadar.

Pak Bonar tiba-tiba meniup peluitnya, "Lovanka! Radmilo! Jangan bercanda!"

"Iya, Pak!"

"Lo sih teriak-teriak," tukas Milo.

"Kok jadi gue?" jawabku tak mau kalah.

มล

"Yak, langsung masukkan bolanya, Lova!"

Aku melompat sambil melemparkan bola basket ke dalam ring.

Tapi bola itu hanya berputar di pinggir lalu menggelinding keluar dari ring.

"Yaahh," koor para siswi.

"Ya, selanjutnya!" seru Pak Bonar.

Setelah semuanya selesai praktek, Pak Bonar mengumpulkan semua murid di pinggir lapangan.

"Saya perhatikan, sebagian dari kalian masih belum memahami materi!"

Semuanya diam mendengar gertakan Pak Bonar.

"Apalagi Indra dengan Beni, kalian masih salah! Seharusnya over head pass itu dilempar dari belakang kepala, bukan dari samping. Mengerti?"

"Mengerti, Pak..."

"IH!"

Sekarang semua pandangan tertuju pada Febi dan Amel. Amel sedang mengambil sesuatu di kaos Febi, sedangkan Febi tertawa geli.

MilovaWhere stories live. Discover now