37. Bianca?

6K 476 37
                                    

...

[37- Bianca?]

Aku mengaduk larutan dalam gelas dengan hati-hati. Sedangkan Febi sedang menulis hasil pengamatan kelompok kami. Lalu Milo dan Indra entah kemana mereka pergi. Mungkin sedang gentayangan ke kelompok lain.

"Oh, jadi ini kalo diaduk jadinya begini, Feb." Aku menunjukkan larutan itu kepada Febi.

Febi mengangguk lalu kembali menulis hasil pengamatannya. Aku juga kembali mengaduk larutan itu.

"Aduknya yang kenceng dong, lemes gitu kapan berhasilnya."

Aku menatapnya lalu memutar bola mataku sebal.

"Yah, malah ngelihatin gue. Awas tambah cinta."

Febi tertawa pelan mendengarnya.

Aku menyerahkan larutan dalam gelas itu pada Milo. "Ya udah nih lo aja yang aduk. Bawel banget jadi orang!"

Milo mengambilnya lalu mengaduknya lebih kencang.

Aku menatapnya sebal. Tapi Milo malah mengaduknya semakin kencang.

"Aduuh! Muncrat tuh. Lo sih!"

Milo nyengir dengan wajah tanpa dosa.

Aku menggeram. "Tau deh. Sebel gue ah!"

"Nah loh, Lovanya marah tuh..." bisik Febi.

Aku melepaskan pegangan Milo di tanganku.

Milo menatapku bingung.

"Gue nggak laper, nggak usah paksa gue ke kantin."

"Ayo dong, Lov ... please..."

Aku berdecak kesal. "Nggak mau ah! Lo ke kantin aja sama B—" Aku segera menghentikan ucapanku.

"B siapa?" tanya Milo.

"Sama ... Beni, Indra atau Dani. Gue nggak laper, nggak mau ke kantin!"

Milo menggeleng. "Ayo, Lov. Atau gue gendong nih."

"Ck! Iya, iya!" Dengan malas aku mengikutinya berjalan ke kantin.

Milo mengajakku duduk di meja yang kemarin dia tempati bersama Bianca.

Sesungguhnya aku sangat muak! Malas sekali duduk di tempat bekas mantannya Milo.

Milo kembali ke meja dengan nampan berisi satu mangkuk bakso, satu piring mi goreng dan dua gelas es teh.

"Punya gue yang mana?" tanyaku sembari menyedot es teh.

"Terserah."

Aku mengambil piring mi goreng dan memberikan baksonya pada Milo.

Aku menatap Milo yang memasukkan sambal ke dalam mangkuknya tanpa melihat. Aku menelan ludahku.

"Mil ... lo suka pedes?" tanyaku.

Milo terkesiap dan segera meletakkan botol sambal. "Banyak banget..." gumamnya.

"Lo ngelamunin apaan sih?"

Milo menggeleng lalu menyendok baksonya. Seketika mukanya berubah memerah.

"Ssshh ... pedes bangeeet anjiir!"

Aku mengambil gelas es teh Milo dan segera memberikannya. Milo meminumnya hingga tersisa setengahnya.

"Gak usah dimakan aja, Mil. Nih ... lo makan punya gue aja." Aku menggeser piring mi ku ke depan Milo.

MilovaWhere stories live. Discover now