Bab 24 Isi Hati

6.3K 498 14
                                    

Joanna pov

Dulu saat hati merasa sedih dan gelisah, tempat pelarian terbaik ku adalah di tepi pantai tak jauh dari panti asuhan. Malam hari adalah waktu terbaik ku merenung dan memikirkan semua kejadian atau masalah yang telah menimpa diriku, setidaknya suara deburan ombak dan semilir angin laut di malam hari dapat menenangkan ku, membelai diriku dengan keindahan dan kenyamanan yang di ciptakan. Dan kadang berenang sendiri di malam hari membuatku siap menghadapi kembali hari esok.

Saat ini aku hanya bisa berdiam di sini, di kamarku, duduk di tepian ranjang ditemani suara detik-detik jam yang terdengar nyaring di tengah kesunyian malam, mata ini hanya memandang ke arah balkon yang sebenarnya tidak ada objek yang tengah dipandangi. Semua kilasan kejadian dan pemikiran berkelebat tak beraturan di kepalaku.

Aku merindukan Jeffrey... sangat merindukan nya... aku membutuhkan dirinya di sisiku saat ini, aku ingin berada dalam dekapan hangatnya, menguatkan ku akan pilihan yang telah ku buat. Sejujurnya hati ini goyah, belum siap akan badai yang menimpa hubunganku dengan nya. Rasanya baru kemarin aku merasakan besarnya cintanya untuk ku, masih segar di ingatan saat dia pertama kali memeluk ku saat hatiku gundah. Mencium bibirku untuk pertama kalinya saat aku rapuh dan sedih, dan lagi kecupan sayang di keningku saat ia mengutarakan isi hatinya untuk ku. Aku tak mau kehilangan dengan cepat momen ini bersamanya, aku masih menginginkan nya untuk diriku seorang tanpa terbagi dengan yang lain.

Walaupun Jeffrey mengatakan bahwa hatinya hanya untuk diriku, tetap saja ada rasa insecure dalam diriku. Apalagi jika buah hati mereka hadir di antara mereka, sanggupkah aku memisahkan ayah dan anaknya? Sanggupkah nanti aku menahan cemburu saat Jeffrey tengah bersama Bella dan anak mereka? Bisakah aku menyayanginya layaknya anak ku sendiri?

Aku sering merasakan hidup sendiri tanpa kedua orangtua, itu jauh lebih baik daripada apa yang akan anak itu alami nanti setelah dia tumbuh besar. Tidak bisa berkumpul dengan ayah kandungnya sendiri, apakah aku sanggup melakukan itu.

Aargghhh...

Joanna mengacak-acak rambutnya mencoba mengusir semua prasangka buruk dari kepalanya, ia tampak kalut dan gelisah.

"Bodohh... bodohh... belum tentu juga dia benar-benar hamil, bisa saja dia berbohong, bisa saja itu anak orang lain dan bisa saja itu memang anak Jeffrey"

Joanna kembali tertunduk lemas saat kemungkinan mengenai anak Jeffrey kembali menyeruak.

Kring... kring.... Kring...

Sebuah panggilan video terlihat di layar smartphone Joanna

Lovely JeJe Calling....

Joanna tersenyum hangat saat melihat wajah kekasih hatinya walaupun hanya melalui layar smartphone, ia melihat wajah lelah Jeffrey dengan garis-garis tipis bekas kerutan di sekitaran dahi dan di bawah matanya yang mulai terlihat jelas, tampaknya hari ini adalah hari yang melelahkan juga untuk dirinya. Rambut yang tidak beraturan, kemeja yang tergulung sampai ke sikunya, dan kancing kemejanya yang terbuka di bagian atasnya tanpa dasi. Di lihat dari latar di belakangnya, sepertinya Jeffrey masih berada di kantornya, duduk di kursi kebesaran nya.

"Sweetheart, kamu belum tidur? Ini sudah larut malam" tanya Jeffrey, yang di jawab dengan gelengan pelan kepala Joanna

"Gimana aku bisa tidur kalau kamu juga belum tidur mas" jawaban Joanna membuat Jeffrey menarik nafasnya dalam, ia mengarahkan jarinya ke layar smartphonenya, seolah ia menyentuh pipi kekasih hatinya

"Aku merindukan mu sayang" ucap Jeffrey

"Aku juga..."

Tangan ku refleks menggapai dan menggerakan jariku di layar smartphone, ibu jariku membelai gambar wajah Jeffrey di pipi dan rahangnya, sementara Jeffrey di seberang sana memejamkan matanya sejenak, mencoba mengingat sentuhan Joanna dan aroma tubuh kekasihnya yang sudah terpatri kuat di kepalanya.

I am Not Me (End)Where stories live. Discover now