04 | terserah gua dong

14.4K 696 4
                                    

⚠|| t y p o
⚠|| l o w k e y daddy kinks
• • • • • • • • •

11.54
Saat gadis itu sedang sibuk dengan layar ponselnya yang menampilkan halaman perbelanjaan secara online, lelaki itu datang dengan wajah berseri-seri.

"Hai. Udah lama?" Tanya Dominic setelah duduk di depan gadis itu.

Seperti penyakit mematikan, kini senyuman di wajah tampan itu menular ke wajahnya, "nggak, bener kata lo. Lo nyampe dalam waktu 10 menit. Gila!" Ujarnya dengan ceria.

"Lo mau pesen dulu atau gimana?" Tanya gadis itu sambil menyeruput minumannya yang tinggal setengah itu sesekali.

Dominic memperhatikan gadis itu. Carol nampak begitu nyaman dengan suasana di sini. Mungkin ia perlu membeli sesuatu di sini agar mereka-Carol-dapat menikmati waktu mereka di sana.

"Yang paling rekomen apa menurut lo." Tanya Dominic pelan dengan senyuman tipis.

"Eum...gak tahu juga sih. Yah...yang sesuai selera lo aja." Sahut gadis itu sambil meletakkan ponselnya sejenak sambil menunjukan ekspresi bingung yang menarik perhatian lelaki di depannya itu.

"Lo suka minum apa di sini?" Tanyanya lagi dengan mata tajam yang awas. Ia nampaknya menyukai untuk mengamati gadis di depannya.

"Hm...apa ya? Mungkin Black Tea Macchiato." Sahut Carol. Dominic mengangguk dan pamit sebentar untuk memesan minuman itu.

12.32
"Sekarang kita mau ke mana nih?" Tanya Carol setelah mereka selesai dengan Koi. Pada akhirnya bukan lelaki itu yang meminum Black Tea Macchiato-nya tapi Carol. Mungkin sebenarnya ia hanya beralasan kalau ia kembung supaya Ia bisa mengetahui kesukaan Carol, dan yeah, dengan senang hati gadis itu menerima minuman yang belum terbuka segelnya itu.

"Mau nonton?" Tawar lelaki dengan kaku. Jalan dengan perempuan bukanlah makan sehari-harinya.

"Um...enggak deh kayaknya. Belom ada film yang bagus." Tolak Carol mengingat kalau ia baru saja mengecek jadwal film di mall itu saat bersama temannya tadi. Tapi tidak ada film yang menggugah selera mereka sehingga temannya itu pulang dan jadilah mereka berdua di mall itu.

"Lo mau shopping?" Tanya, tawar, saran, lelaki itu. Jelas saja mata Carol langsung terbelalak. Pertanyaan lelaki itu terdengar seperti mantra mistis kuno yang haram.

"Hei? Gua tanya dijawab dong!" Perintahnya dengan tegas namun ada sedikit senyuman jahil di bibirnya.

"Ah? I-iya. Gua mau. Ayo!" Seru gadis itu yang baru saja tersadar dari dunia imajinasinya. Kapan lagi bisa bertemu dengan lelaki sepertinya.

Carol mengambil tangan kanan Dominic dan menuntunnya pergi ke toko pakaian kesukaannya di sana. Padahal gadis itu hanya berniat menuntunnya agar lelaki itu tak kehilangan arahnya karena ia sedang berlari menuju mimpi indahnya, namun lelaki itu malah jahil. Dan itu terlihat sangat aneh untuknya yang biasanya kaku.

"Gua tahu gua ganteng, tapi gak usah segercep itu kali." Goda Dominic dengan nada jahil. Sama sekali tidak terlihat seperti Dominic kaku yang biasanya.

Segera saja Carol menarik tangannya dari tautan itu dan bergerak menjauh dari lelaki itu beberapa langkah, "Sori, lah. Gua semangat nih. Kapan lagi gua bisa jalan sama cowok untuk liat-liat baju."

"Siapa bilang kita mau liat-liat." Kata lelaki itu dengan misterius.

"Hah maksud lo-" Tanpa menjawab pertanyaan Carol, Dominic kini menarik tangannya dan membawanya masuk ke sebuah toko pakaian dari negri Paman Sam.

Mata Carol tidak bisa berhenti menatap ke sekitarnya. Suasana di dalam sana nampak begitu overwhelming. Musik yang baru diliris minggu kemarin memanjakan telinga para pengunjung. Lampu-lampu indah yang membuat pakaian-pakaian di sana nampak menjadi begitu menarik dan juga tulisan putih di atas kertas merah dengan tujuh puluh persen di tengah-tengahnya begitu menggoda.

"Aihh, gila gua pengen banget nih, ini. Ya Tuhan, akhirnya diskon juga!" Serunya dengan nada pelan-lebih kepada dirinya sendiri. Namun tentu saja Dominic mendengarnya.

"Lo seriusan mau yang ini? Bukannya masih ada model yang lebih bagus?" Tanyanya dengan nada super bingung. Pasalnya gadis itu memilih sebuah short pants super pendek yang langsung mendapat tatapan horor dari lelaki bertubuh atletis itu.

"Iya, kenapa? Masalah sama pilihan gua?" Alis gadis itu meninggi, hampir saja meraih rambutnya.

"Yah gua gak suka aja." Ujarnya datar.

"Terserah gua dong mau pilih yang mana, kenapa harus atur-atur sih?"Tanya Carol dengan nada tidak senang yang tidak ditutup-tutupi. Mendengar itu air muka Dominic langsung berubah. Wajahnya tidak lagi bingung ataupun datar, namun malah menampakkan kemarahan. Mungkin kalau dapat diilustrasikan, telinga dan hidungnya mungkin sudah mengeluarkan asap.

"Kalo gua bilang nggak boleh, ya gak boleh. Gua bisa kok beliin lo yang lebih bagus lagi. Kenapa sih harus ngotot sama yang ini?!" Tanyanya dengan ketus, dan itu langsung membuat Carol bungkam. Tangannya bergerak untuk mengembalikan potongan kain kecil itu kembali ketempatnya dan kembali lagi menghadap ke lelaki itu.

"Terserah lo mau beli apa, seberapa banyak, terserah lo, tapi kalo gua bilang gak boleh yah gak boleh, ngerti?" Tanya Dominic dengan tegas. Gadis itu mengangguk patuh.

12.56
Kini setiap kali Carol berjalan, Dominic pasti akan selalu berada di sampingnya agar gadis itu tidak akan melakukan hal yang ia tidak senangi. Setiap kali ia melihat pakaian yang menarik di matanya ia harus bertanya dahulu kepada lelaki itu, harus meminta ijin kepadanya tentang apa yang boleh dan tidak boleh dipakai atau dilakukan.

Gadis itu sungguh patuh dan penurut. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, namun Dominic tersenyum puas melihat gadisnya itu yang adalah seorang penurut.

Astaga. Gadisnya? Pasti lelaki itu sudah kehilangan akal karena memutuskan sebelah pihak untuk mengklaim sesuatu yang bukan punyanya. Ralat, belum menjadi punyanya.

17.51
"Take care ya. Jangan lupa makan, mandi, tidur yang cukup. Bye. Besok gua samperin ke jurusan lo-Fashion design." Ujar lelaki itu tanpa membiarkan Carol bereaksi akan kata-katanya.

Carol turun dari mobil lelaki itu dengan sedikit gontai. Menghabiskan waktu di mall seharian ini membuatnya lelah sekali. Belum lagi belanjaan yang begitu banyak karena Dominic membelikannya begitu banyak macam hal mulai dari pakaian, tas, hingga sepatu.

Lelaki itu, ia bertingkah seolah-olah uangnya hanyalah tinggal dipetik dari kebun. Dengan mudahnya ia menghamburkan berlembar-lembar kertas merah dengan wajah presiden pertama indonesia di tengah-tengahnya itu sementara Carol hanya bisa memohon agar uang bulanan dari orang tuanya ditambahkan hanya oleh belas kasihan yang jarang sekali terjadi.

Dan omong-omong soal orang tua, bagaimana caranya Carol dapat menjelaskan kurang lebih 6 kantong belanja dengan merek-merek terkenal ini kepada orang tuanya? Astaga, apa yang akan mereka pikirakan jika mereka tahu.

Mungkin mereka akan berpikiran kalau anak gadisnya itu...astaga! Semoga saja tidak.

🍌🍌🍌

jangan lupa divote dan
komen, ya gengs.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang