27 | hukuman

12.3K 375 5
                                    

⚠|| t y p o
⚠|| c u s s i n g
⚠|| d a d d y kinks
⚠|| l o w k e y smut
• • • • • • • •

16.23
"Ayo turun!" Perintah Dominic setelah membukakan pintu Range Rover hitamnya untuk kekasihnya.

Keduanya turun dari mobil Dominic. Telapak tangan lelaki itu seperti besi dan pinggang Carol seperti magnet. Lelaki itu bagai tak akan pernah lepas dari sana selagi keduanya berjalan masuk ke dalam gedung apatermen milik Dominic.

Keadaan sunyi semakin memperparah suasana hati Carol yang sedang tak karuan. Jantungnya berdebar dengan takut. Tangannya bergerak, bermain-main dengan ujung bajunya.

Sesekali Dominic melirik kekasihnya yang tidak bisa diam. Sesekali juga lelaki itu meremas sisi pinggang yang digenggamnya, mengisyaratkan agar gadis itu diam. Carol yang mengerti maksud dominannya hanya bisa menurut.

Rasanya lantai delapan belas itu terasa sungguh-sungguh jauh bagi Carol. Pikirannya penuh dengan rasa khawatir dan kecemasan, dan setiap kali ia merasakan tatapan Dominic berlabuh padanya, ia malah semakin panik.

Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke bagian belakang sisi kanan gadis di pelukkannya. Bibirnya berbisik dengan pelan, "Carol, relax. Aku gak bakal melakukan hal yang kamu gak pengen aku lakuin ke kamu. Tapi kamu harus ngerti kenapa hari ini kamu ke sini."

Carol memutar lehernya sedikit ke arah Dominic yang tengah menyandarkan dagunya di bahu gadis itu, "t-terus, k-kita mau ngapain?" Bisiknya dengan takut-takut.

Dominannya menyeringai dan menempelkan bibirnya di sekitar pipi lalu menjalar ke daun telinganya, "rahasia."

Carol bisa merasakan wajahnya memerah dan telinganya panas. Bibir lelaki itu terasa sungguh eksotis dan menggoda di kulitnya. Tak pernah sekalipun Carol bakal mengira kalau salah satu dari pacarnya bakal seindah Dominic.

Mungkin Leah benar, Dominic itu tidak setampan Leo, dan lagi, lelaki itu sungguh tak sabaran, banyak menuntut, dan tak suka dilanggar perintahnya. Namun lelaki itu lembut hatinya, perhatian, dan mungkin ia memang bukan lelaki terbaik di seluruh dunia, namun Dominic telah memenangkan hatinya. Persetanan demgan syarat satu bulannya dulu.

"Ayo." Ujar Dominic dengan lembut saat lift yang mereka tumpangi sampai di tempat tujuan.

Keduanya berjalan masih dengan tangan lelaki itu sekitar pinggangnya dan wajahnya yang memerah. Kali ini Dominic menggenggam pinggangnya dengan lebih lembut dan hati-hati. Tangan lelaki itu yang bebas bergerak untuk memutar kenop pintu unit apatermennya, setelah memasukkan kode keamanan yang terpasang di sebelah pintu.

"Masuk." Bisik lelaki itu masih dengan nadanya yang lembut.

16.56
"Berlutut di sini, tangan di belakang, dan wajah menghadap ke sini!" Perintah Dominic dengan suara pelan, namun nadanya terdengar tegas dan mengancam.

Carol langsung mematuhi lelaki itu. Ia berlutut di depan Dominic yang duduk di atas sofanya, meletakkan tangannya di belakang (seperti posisi istirahat dalam upacara bendera), dan wajahnya menengadah ke atas-ke arah Dominic yang sedang menatapnya tajam.

Tangan kanan lelaki itu bergerak untuk mencengkram dagunya dengan hati-hati. Sudah cukup tadi ia menakut-nakuti Carol sepanjang perjalanan tadi.

"Kamu inget, rules yang udah kita sepakatin untuk tidak dilanggar?" Buru-buru Carol mengangguk.

Mata Dominic menyipit tidak senang, "jawab. Pakai. Suara." Tegasnya masih dengan suara pelan, dan tangannya di dagu gadis itu.

"I-iya." Jawab Carol terbata-bata, tapi mata Dominic masih saja menyitpit.

Honey MoneyWhere stories live. Discover now