37 | bikin lo jadi artis

5.2K 222 5
                                    

Oh God, wattpad bermasalah lagi :(

|| t y p o
⚠️|| c u s s i n g
⚠️|| e x t r a long chap
• • • • • • • •

16.28
"Sayang," panggil Dominic dengan manja sambil menyandarkan kepalanya di atas pundak Carol, namun beberapa detik setelahnya, tubuh Carol langsung merinding dan secara reflek gadis itu mendorong kekasihnya jauh dari dirinya sendiri.

Dominic yang hampir terjatuh dari duduknya, segera menatap tajam Carol seusai pulih dari masa syoknya yang berlangsung beberapa detik lalu.

"Sayang? Kamu ini apa-apaan sih?!" Desis lelaki itu pelan namun tajam. Saat itu mereka tengah berada bersama orang-orang lain di foodcourt suatu mall rekomendasi Carol.

Kelas mereka—lebih tepatnya sih, kelas Carol—bubar cepat hari itu. Kalau Dominic menitip kehadiran kepada Leo, alias bolos di kelas terkhirnya hari itu.

Carol yang tersadar akan apa yang baru saja ia lakukan, langsung menatap dominannya dengan rasa bersalah dan penyesalan di matanya, "m-maaf, Daddy." Bisik pelan. Suaranya bergetar, bagai sedang menahan isakamnya yang bakal terdengar kapanpun kalau ia terus-terusan berbicara.

Alis lelaki itu menyatu, seraya dahinya mengerut, "kenapa? Ada apa? Kenapa hari ini kamu aneh? Kamu hindarin aku." Tanya/tuduh Dominic dengan suara beratnya yang terdengar mengintimidasi, membuat Carol semakin ingin mengecil, mengecil, mengecil, lalu menghilang ditelan dunia.

"A-ah, um itu, a-aku lagi cape hari ini. Kemaren, k-kemaren itu aku gak tidur, terus tadi aku hampir ketiduran waktu Daddy begitu, jadi aku k-kaget." Jelas gadis itu sambil menatap mata kekasihnya takut-takut. Tidak menatap Dominic saat berbicara bakal jadi kesalahan yang cukup fatal di mata lelaki dominan itu.

Perlahan kerutan di dahi lelaki itu berkurang dan ia menepuk bahu lebarnya sambil terus menatap kekasihnya, "sini senderan. Kita istirahat dulu di sini, nanti kalo kamu gak sanggup jalan lagi, kita pulang," dan Carol menggumamkan iya-nya perlahan sambil mengikuti instruksi lelaki itu.

Semalam ia hampir saja tidak bisa tidur karena bayangan lelaki itu, bayang teman kekasihnya, Martin. Bagaimana caranya agar ia bisa memberitahukan Dominic akan hal ini? Kalau hal ini sampai telat diberitahukan dan kalau seandainya Dominic sudah tahu duluan sebelum Carol memberitahunya, hancur sudah kepercayaan lelaki itu kepadanya.

Carol memejamkan matanya rapat-rapat berusaha untuk menghilangkan bayangan itu dari pikirannya dan mencoba untukmencari cara untuk memberitahukan hal ini kepada Dominic.

Gadis itu meneguk salivanya sebelum menatap sosok Dominic di dekatnya, "Daddy," panggilnya dengan berbisik.

Dominic yang tadinya tengah sibuk mengunyah Ramen panasnya, langsung memfokuskan pikirannya pada Carol, "ya kenapa? Udah mau jalan lagi?"

Carol menghembuskan nafasnya kasar sebelum membuka mulutnya dan menatap Dominic sepenuhnya, "a-aku mau b-bilang, uh," kata-katanya tergantung begitu saja, Carol sungguh tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan hal ini.

"Ya?" Tanya Dominic lagi tak sabaran dengan permintaan kekasihnya.

"A-aku mau ke toilet d-dulu," gumamnya pelan, hampir tak tertangkap telinga kekasihnya. Dominic mengangguk perlahan dan menunggu Carol di meja mereka di sana.

Setelah menghabiskan waktu bersama kekasihnya beberapa minggu belakangan, membuat lelaki itu belajar untuk merelakan dia pergi ke toilet sendiri. Awalnya susah dan membuat lelaki itu jengkel setengah mati. Tapi yang perempuan itu—secara general—paling butuhkan adalah privasinya untuk melakukan urusan kamar kecil.

Honey MoneyWhere stories live. Discover now