38 | gua yang berhak!

6.2K 273 2
                                    

⚠️|| t y p o
⚠️|| c u s s i n g
⚠️|| e x t r a long chap
• • • • • • • •

20.00
Detikan jam dinding di rumah Carol malah membuat suasana di sana semakin terasa menegangkan. Tak ada satu pun dari mereka yang berinisiatif untuk membuka mulut mereka terlebih dahulu, sampai akhirnya terdengar isakan-isakan halus dari mulut gadis yang tengah ditahan di antara kedua tangan Martin.

Dominic bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, memancarkan kemaran yang cukup besar. Rasanya masih terasa seperti imajinasi, melihat kekasihnya tengah di tahan seperti sandera dengan pisau di lehernya, oleh Martin—orang yang selama ini hang out dengannya dan Leo, yang setidaknya ia masih pertimbangkan sebagai seorang kenalan, kalau tidak, teman. Sungguh mengecewakan.

"Apa-apan maksud lo ini, Anjing!" Geram Dominic sambil mengepalkan kedua telapak tangannya di samping tubuh. Map Carol yang sedari tadi ia genggam, sudah terlepas dan terjatuh di dekat kakinya.

"Yah Carol, pacar lo masa udah dateng sekarang sih? Gak seru nih!" Protes Martin dengan dramatis, namun setelahnya ia memasang senyuman miring tersinisnya.

"Martin! Lepasin dia!" Dominic menggertakan giginya dengan kesal, namun tak berani untuk maju menuju Carol, takut akan aksinya itu malah berakhir fatal.

"Lo gak bakal nanya apa yang gua mau dulu? Karena bakal lama banget kalo lo gak nanya sekarang." Sahut lelaki itu, masih dengan nada jahil di suaranya, seakan-akan memang menyenangkan untuk melihat Dominic untuk meledak kapan saja di tempatnya berdiri itu.

Dominic memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya membukanya kembali dengan tatapan yang lebih mengerikan lagi untuk dilemparkan ke arah bajingan yang berani menyentuh kekasihnya.

"Mau lo apa?" Tanya lelaki itu pelan-pelan, dan itu cukup mengejutkan untuk para ketiga pendengar di sana. Namun Martin adalah Martin, ia menyembunyikan rasa kagetnya begitu saja.

"Semua yang lo punya, semuanya yang gak berhak untuk lo miliki. Lo pikir lo itu berhak untuk segala macem mobil-mobil yang lo kendarai itu? Lo pikir lo pantes untuk dapetin keluarga hangat yang lo punya sekarang ini? Lo pikir lo berhak untuk pacaran sama cewek macem Carol begini, hah?!"

Setiap kali Martin membuka mulutnya, intonasi bicaranya semakin tinggi, dan nadanya menajam tiap detiknya. Kini mulutnya sudah tidak bisa bercanda ataupun bicara manis lagi. Kemarahan nampak jelas di matanya yang berkilat-kilat dengan kebencian. Kebencian yang tertuju jelas untuk lelaki yang berdiri di depannya.

Dominic menatap lelaki itu masih dengan tatapan tajamnya yang khas, namun dengan tenang ia menjawab, "memang ada orang di dunia ini yang berhak untuk dapetin itu semua?"

Lelaki di depannya itu, Martin, ia malah tertawa keras seperti seorang gila. Tubuhnya yang berguncang membuat Carol juga ikut bergetar di tangannya.

"Gua! Gua yang berhak! Gua udah kerja keras untuk punya uang, gua udah berusaha untuk jadi anak yang baik dan berbakti. Gua udah berusaha untuk semua itu, tapi apa hasilnya? Nihil! Sedangkan lo, anak manja gak tahu diri yang cuma bisa leha-leha sana-sini, malah dapet semua yang gua udah kerjain mati-matian dengan sia-sia!"

"Gua emang bukan persisnya orang suci—orang bener, tapi kalo lo gak bersyukur, gimana lo bisa nikmatin hidup." Ujar Dominic perlahan sambil menatap Carol, sebelum melanjutkan lagi, "lo gak harus kayak begini, Tin. Lo bisa bahagia tanpa semua kekayaan di dunia—"

Tiba-tiba Martin menjerit dan semakin menempelkan pisau di tangannya ke leher gadis di tangannya, "STOP! Stop omong kosong lo, Bangsat! Lo gak ngerti rasanya jadi gua, jadi stop!"

Honey MoneyWhere stories live. Discover now