29 | jalan kuy

7.5K 313 7
                                    

⚠|| t y p o
⚠|| l o w k e y smut
• • • • • • • •

10.03
"Carol? Halo? Aku dari tadi tanya kamu mau makan apa." Ujar Dominic, sesekali melambaikan tangannya di depan wajah kekasihnya, "kamu cuekin aku." Tuduh lelaki itu singkat, kemudian.

Bagai tersadar dari alam bawah sadarnya, Carol langsung melompat kecil dan menatap kekasihnya yang tengah berdiri di depannya.

"Ah...uh..." Kini malah menjadi salah tingkah saat melihat tatapan tajam dari lekaki itu.

"Aku tanya kamu mau makan apa, Carol sayang." Gumam Dominic dengan nada manja di telinganya. Ia menarik tubuh Carol dan merengkuhnya erat-erat. Bibirnya menggoda dauh telinga gadis itu, membuat wajahnya memerah dengan manis.

"Uh... Um...a-aku mau m..." Entahlah, tapi suaranya seperti tercekat di tenggorokkannya. Sentuhan kekasihnya membuat seluruh tubuhnya menggila. Pikirannya liar dan tak bisa diam. Banyak hal yang ia pikirkan namun salah satu darinya bukanlah jawaban untuk pertanyaan Dominic tadi.

Carol menelan salivanya dan tangannya terulur untuk mendorong dada Dominic. Napasnya terengah-engah, paru-parunya serasa ingin meledak. Ia kemudian mengangkat kepalanya, yang tanpa sadar sedari tadi ia tundukkan, hanya untuk mendapati lelaki itu sedang menyeringai, tersenyum mengejek lebih tepatnya.

"Yaudah, aku aja yang pilihin buat kamu. Oke?" Itu bukan tawaran, namun pernyataan. Lelaki itu jelas tahu efeknya akan gadis itu. Ia mengerti jelas bagaimana sentuhan-sentuhan ringannya membuat bulu roma gadis itu berdiri ataupun napasnya menjadi tercekat, ataupun wajahnya yang menjadi memerah karena kata-kata lelaki itu, mungkin juga suaranya.

Carol hanya bisa mengangguk patuh dan membiarkan Dominic setengah memapah tubuhnya yang sudah agak lumpuh akibat sentuhan-sentuhan seringan bulunya.

"Kamu duduk di sini, ya. Aku beli makanannya dulu." Ujar Dominic saat mereka sudah berada di dekat meja yang kosong.

Carol meletakan bokongnya dan duduk dengan diam. Keadaan kantin sedang agak sepi. Mungkin banyak yang bolos, atau lagi ada kelas, atau pergi makan ke luar.

Ia memperhatikan dominannya berdiri di depan meja etalase dengan tampilan lauk-lauk di sana. Ia melihat bagaimana lelaki itu berbicara dan bagaimana sorot matanya menatap lawan bicaranya. Sangat mendominasi.

Tiba-tiba ia merasakan jantungnya berdebar keras dan cepat. Tanpa sadar ia memegangi dadanya-tempat di mana jantungnya berdebar.

"Sayang, ini makanannya. Mie ayam sama pangsit." Beri tahu Dominic pada submasifnya dengan nada ceria.

Wajah Carol memerah, "m-makasih, Daddy." Gumamnya pelan dan halus.

Keduanya kemudian makan dalam ketenangan yang menyejukkan sesekali membuka mulut untuk berbicara, namun selebihnya untuk makan. Mereka berbicara dengan suara yang halus dan kata-kata yang diucapkan terdengar perlahan. Bicaranya dengan mesra dan genggaman mereka penuh cinta. Tapi itu semua langsung buyar begitu teman-teman Dominic menghampiri mereka.

"Waduh, pacaran aja nih si mas boi!" Ejek Salah satu teman Dominic yang kalau Carol tidak salah ingat namanya Arief. Orangnya memang suka ceplas-ceplos-bertolak belakang betul dengan kekasihnya yang lebih memilih untuk diam dan mengawasi.

"Emang, makanya jangan ganggu lah." Sahut Dominic datar. Tapi bukan itu yang paling buat Carol kaget, ketenangan lelaki itulah yang membuatnya merinding. Ada angin apa, sampai-sampai lelaki di sebelahnya itu kalem dan tenang saat ada orang lain yang berusaha untuk mengajaknya bercanda.

"Boleh aja sih gak ganggu. Tapi ada pajaknya. Beli-in gua Kwetiau Goreng super pedes sama minumnya teh panas!" Ujar Arief dengan girang, terutama saat Dominic mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan selembar uang kertas berwarna biru kepadanya.

Honey MoneyWhere stories live. Discover now