14 | bapaknya

11.1K 502 6
                                    

|| t y p o
|| d a d d y kinks
• • • • • • • •

18.57
Lelaki yang umurnya sudah kepala lima itu hanya bisa menatap anak gadisnya dengan bingung.

"Dia enggak sama kayak James?" Gumammya, mengulang kata-kata Carol sembari melepaskan sepatu dan kaos kakinya di ruang tamu.

"Apa maksudnya, dia punya pacar baru?" Kepalanya langsung dipenuhi tanda warning. Anak gadisnya pacaran lagi.

Dengan agak terburu-buru, lelaki itu memasukki ruang makan. Ia mendapati keluarganya duduk di tempat yang sama, namun ada seorang laki-laki lain di meja mereka. Inikah yang dimaksud Carol? Pikirnya.

"Papa, ayo duduk." Ujar istrinya saat mendapati wajah bingungnya yang sedang berdiri di depan ruang makan yang tak berpintu itu.

Masih dengan diam, lelaki itu duduk di tempatnya sambil memandang tajam lekaki asing di meja makan mereka. Ini memang bukan pertama kalinya Carol ataupun Ken membawa pasangan mereka, hanya saja pacar terakhir anak gadisnya itu sungguh mengecewakan. Mau tidak mau lelaki itu menjadi was-was.

"Papa, ini pacar Carol. Namanya Dominic." Ujar Carol pelan setelah dikode-kode oleh ibunya.

Dominic mengulurkan tangannya, "Halo, Om. Saya Dominic." Ujarnya kaku.

Ayahnya menatap Dominic agak lama sebelum akhirnya menjabat tangan itu, "Benjamin."

Dan lagi, suasana makan malam di sana menjadi kaku-tidak seperti biasanya. Tapi istrinya berusaha untuk membuat segalanya lebih baik-mencoba untuk mencairkan suasana.

"Papa, mau nambah lagi?" Tanyanya kepada sang suami dengan lembut.

Benjamin menggeleng, "nggak usah, Ma. Saya mau bicara sama Dominic habis ini." Istrinya mengangguk tanda ia mengerti dan Dominic, ia kangsung menatap ayah pacarnya dengan alis kanan terangkat samar-samar.

19.05
"Dominic, ayo kita ke depan." Ajak Benjamin setelah mereka selesai makan. Dominic mengangguk tanpa keraguan.

Jujur ini adalah pertama kalinya ia berhadapan dengan orang tua pacar. Sebelumnya ia tidak pernah sampai se-serius ini. Entah setan apa yang merasukkinya saat Carol mengajaknya untuk makan malam bersama keluarganya.

"Sudah kenal anak saya berapa lama?" Tanya Benjamin tanpa basa basi.

Berada di teras depan dengan matahari yang sudah tenggelam tentu kurang baik untuk kesehatan untuk Benjamin yang umurnya sudah mencapai kepala lima, namun hati anak gadisnya yang sedang ditaruhkan.

"Seminggu, Om." Kedua lelaki itu sama-sama dingin dan keras kepala. Berusaha untuk mengintimidasi lawan biacaranya masing-masing tapi tak mempan. Dasar manusia-manusia batu.

"Kenapa kau mau pacaran sama anak saya? Apa lagi kamu cuma kenal dia satu minggu doang? Kamu mau mainin dia?" Tanya orang tua itu lagi sambil menatap Dominic yang masih kelihatan gagah dan tegap di kursinya.

"Saya tertarik sama dia. Dari pertama kali lihat saya tahu kalau dia harus jadi pacar saya. Saya senang sama anak, Om. Dia buat saya jadi orang paling bahagia waktu dia terima saya jadi Da-pacarnya." Jelas anak muda di seberangnya. Hampir saja Dominic kelepasan. Bisa-bisa dia bakal dibakar hidup-hidup, kalau Benjamin tahu gaya hidupnya yang...agak berbeda dari orang lain.

Benjamin terus menatapnya. Jujur, jawaban anak muda yang tadi itu cukup berkesan, "Kamu tahu tentang James?"

"Iya. Dan saya janji untuk tidak pernah memperlakukan anak Om seperti itu." Ternyata saran Leo itu ada faedahnya juga. Walaupun ia merasa seperti orang idiot saat pertama kali melakukannya.

Honey MoneyWhere stories live. Discover now