bonchap | keluarganya Dominic

9.4K 255 3
                                    

⚠️|| t y p o
• • • • • • • •

Beberapa waktu setelah Hari Sabtu (ch.19),

Pagi-pagi betul aku sudah terbangun dari alam bawah sadarku. Jantungku berdebar keras-keras, salah satu faktornya karena aku akan pergi ke rumah orang tuanya Dominic.

Lelaki itu benar-benar pemaksa orangnya. Telinganya tidak bisa mendengar kata tidak dan otaknya tak mengerti penolakan. Pesonanya yang maskulin membuatku dimabuk kepayang dan aku tentu menyayangi lelaki itu-kekasihku.

Jam masih menunjukan pukul tujuh, tapi aku sudah rapi dengan kaos hitam dan celana baby blue jeans yang ada sobekannya sedikit di bagian lutut. Merasa ada yang kurang, aku menambahkan belt hitam kecil setelah memasukkan kaos bagian bawahku ke dalam celana.

Aku membiarkan rambut hitam lurusku jatuh di atas dada dan menambahkan sedikit lip gloss berwarna peach. Dominic memang enggak pernah bilang secara langsung, tapi aku tahu dia suka aku pakai warna ini.

Aku menghembuskan napasku keras-keras sembari menatap sosok diriku di cermin sekali lagi. Setelah puas, aku menghampiri laci di bawah lemariku yang kugunakan untuk menyimpan tas-tasku, dan belakangan ini jujur saja lacinya terasa sempit karena curahan hati dari seoeang Dominic.

Tanganku bergerak menelusuri setiap tas yang ada di sana, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan tas kecil yang berselempang berwarna Maroon, karena aku memutuskan untuk mengenakan flat berwarna senada.

Setelah selesai menata diri, aku mematikan listrik di kamarku dan keluar menuju ruang makan. Ibuku lah yang pertama kali aku lihat. Beliau tengah sibuk dengan Nasi Gorengnya.

"Pagi, Ma." Sapaku pelan sembari meletakan tasku di kursi biasa aku duduk setiap harinya.

"Emang hari ini ada kelas, Dek? Kok udah rapi aja jam segini?" Saat ia menatapku, jantungku rasanya berdebar keras-keras lagi. Rasanya seperti sedang diintrogasi karena telah melakukan hal yang buruk saja deh.

"Ah enggak, Ma. Dominic m-mau ajak pergi hari ini." Cicitku super pelan dan gugup. Aku merasakan getaran di suaraku. Sial.

Kini mama tengah menuang Nasi Goreng yang telah jadi ke dalam wadah nasi. Aku membantu sedikit dengan menyediakan piring-piring untuk kami berempat.

"Oh, mau ke mana?"

Tanganku bergerak untuk menggaruk leher dengan gugup, "uh, ya, dia ajakin ke rumahnya. K-katanya mama papanya p-pengen ketemu." Aku kemudian tertawa terpaksa untuk menutupi rasa gugup yang kian semakin membesar.

"Siapa pengen ketemu?" Tiba-tiba, entah dari mana Ken-abang tercintaku itu (baca dengan nada sarkastik)-datang menginterupsi perbincangan privatku dengan mama.

"Ish, kepo deh." Ujarku dengan nada kesal yang selalu aku lontarkan kepadanya setiap kali kejadian ini terjadi.

"Kan maksud gua baik gitu ya, gua perhatiin adek gua," sahutnya sembari menuang air minum dari dispenser, "Dasar anak tak tahu diuntung!" Lalu ia menggunakan suara imitasi dari ibu tirinya Cinderella.

Lalu kami melakukan segala rutinitas pagi kami setelah papa datang ke meja makan. Akhirnya setelah itu, kami pergi ke jalan kami masing-masing. Hari ini mama juga pergi, ia ada acara arisan hari ini. Tumben-tumbennya rumah kami ini kosong, tapi oleh karena itu aku yang harus kunci pintunya karena Dominic belom jemput-jemput juga sampai sekarang.

• • •

"Carol!" Panggil seseorang saat aku sedang asyik-asyiknya chatting dengan Leah. Belakangan ini aku jadi kurang update gosip yang selalu ia ceritakan karena sibuk dengan Dominic, tapi sungguh aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa karena sepertinya aku sudah jatuh untuk lelaki itu.

Honey MoneyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz