39 | saksi mata

6.8K 267 0
                                    

|| t y p o
⚠️|| e x t r a long chap
• • • • • • • •

07.20
Semalaman Carol terus terjaga di samping Dominic, dan itu malah menyebabkannya jadi kelelahan sekarang. Ia ketiduran semenjak jam empat subuh tadi.

Saat Dominic terbangun, ia melihat ke samping kanannya di mana kekasihnya itu tengah tertidur dengan kepalanya ia letakkan di atas lipatan kedua tangannya di atas pinggir kasurnya. Dahinya berkerut dan matanya menyipit tak senang dengan apa yang lihat.

Lelaki itu bergerak untuk bangun dari posisinya, namun infus di tangan kanannya serta perban di tangan kirinya cukup menghambat. Dan, ya ampun betapa sakitnya lengan kirinya. Namun belum berhenti sampai di sana saja rasa sakitnya. Saat ia menegakkan tubuhnya, bagian perut atasnya juga terasa nyeri.

Sebenarnya apa yang sedang dialami dirinya itu sih? Ia bertanya-tanya dalam hati.

Merasakan pergerakan di atas kasur itu, Carol terbangun dan menguap kecil. Saat matanya bertemu dengan sepasang mata hitam tajam, ia rasanya belum pernah merasa sebahagia ini.

"Daddy," gumamnya pelan, namun air matanya mengalir deras, menunjukkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tangan kecil Carol bergerak untuk meraih tangan kanan Dominic. Ia mengusap punggung tangan lelaki itu halus dengan senyuman di bibirnya. Tak lama kemudian gadis itu bangkit dari duduknya dan mengecup dahi lelaki itu sebelum kelusr dari ruangan.

Dominic ingin marah rasahnya ketika melihat gadis itu pergi meninggalkannya di sana sendirian, tapi setelah semenit berlalu, gadis itu kembali dan membuat hati Dominic tenang kembali.

Kali ini Carol kembali bersama seorang perawat dan seorang dokter.

11.21
Sejak satu jam yang lalu, Dominic sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan kini ia, Carol, serta para saudarinya tengah duduk bersama di ruang tamu kediaman Markus.

"Saya dapat telepon dari kantor polisi, katanya mereka punya saksi yang bisa menjebloskan anak itu ke penjara." Ujar Markus pelan dengan dingin-seolah-olah agar perkataannya hanya bisa di dengan oleh istri tercintanya. Sejak kemarin malam, lelaki itu naik pitam dengan Martin-yang berani-beraninya mengatakan kalimat sialan itu dengan wajah babak belurnya.

Anak bau kencur itu berani-beraninya mengakui kalau ia mengetahui sesuatu perihal keluarganya. Bukan itu sebenarnya yang membuatnya marah, tapi anak itu berlaga seakan-akan hal yang ia ucapkan itu adalah kebenaran.

Kemarin saat Dominic dibawa ke rumah sakit, Ken juga membawa Martin. Pasalnya ia takut meninggalkan lelaki itu di rumahnya yang kosong, bisa saja Martin malah berbuat nekat dan membakar habis rumah mereka. Tidak ada yang tahu 'kan?

"Ya udah, kapan bisa ketemu?" Ujar istri dari lelaki yang usianya telah mencapai lebih dari setengah abad.

"Sekarang juga udah boleh bertemu, besok juga bisa. Saya ikut kata kamu saja." Sahutnya lagi masih dengan suara berbisik.

"Hari ini aja, tapi kita berdua yang datang ke sana." Markus mengangguk akan permintaan istrinya.

Diam-diam dari sisi ruangan yang lain, Darcy menatap kedua insan itu. Kini semua orang-Carol dan seluruh anggota keluarga Dominic-tahu gosip tentang Dominic yang merupakan anak angkat dari ayahnya.

Wanita itu berjalan mendekati mereka dan berbisik di telinga lelaki itu, "Pa, saya mau bicara." Untuk pertama kalinya semenjak wanita itu berkepala dua, ia berbicara dengan bahasa formal, dan Markus merasa kalau apa yang bakal merrka bicarakan ini adalah hal yang privat.

Lelaki itu mengangguk dan menyetujui ajakan Darcy. Keduanya berjalan menuju kantor pribadi Markus di rumah itu. Sesampainya di sana Darcy menghembuskan napasnya sejenak sebelum memulai untuk bicara.

Honey MoneyWhere stories live. Discover now