Awal Sebuah Perjuangan Part : 2

518K 29.4K 464
                                    

5 menit setelah Fathan terbaring di UKS. Hanya wajah pucat pasi yang nampak di wajahnya. Wajah tersebut tidak menampakkan sifat asli Fathan yang selama ini terkenal membangkang, nakal, berandal, tukang buat onar.

Hanya tampak sosok remaja laki laki, yang terbaring tidak berdaya.

Bu Rina bingung melihat Fathan yang biasanya tahan banting,bisa menjadi tidak berdaya seperti sekarang ini.

Begitu pula dengan Budi dan Satya, teman seperjuangan Fathan dari sejak Sekolah Dasar hingga sekarang ini. Mereka tahu betul bagaimana fisik temannya itu, kuat, tangguh, tahan banting, kurang lebih seperti itu lah Fathan yang mereka kenal selama ini.

Karna di UKS sedang tidak ada perawat, akhirnya Bu Rina menyuruh Satya untuk melihat daftar piket anak yang mengikuti PMR.

"Satya ibu minta tolong kamu lihat siapa yang berjaga di UKS hari ini, ibu tidak bisa kalau harus menemani Fathan disini terus. KBM di kelas harus tetap berjalan, coba kamu lihat buku merah yang ada di meja itu," ujar Bu Rina sambil memeriksa suhu tubuh Fathan dengan memegang dahinya.

"Siap bu.." ucap Satya sambil berjalan menuju meja yang berada di dekat pintu masuk UKS.

Satya melihat daftar anak PMR yang piket hari ini. Dilihatnya daftar hari selasa, ia melihat sesuai jam saat ini, karna setiap 2 jam piketnya bergantian. Tertulislah disitu.

Andra Nadia - X1 (9.30 - 10.30)

"Wah gila, ini kan adek kelas gebetannya Fathan. Rejeki banget ni anak," batin Satya.

Tak disadari oleh Satya, ternyata Budi juga melihat buku tersebut. Melihat ternyata Andra yang akan menjaga piket, langsung lah Budi bersorak bahagia,

"Yoii... hoki banget nih si Fathan."

Teriakan tersebut langsung dibalas bekapan di mulut Budi oleh Satya.

"Anjir lo ya, berisik banget si jadi orang, udah tau ini UKS. Nanti kalo Bu Rina denger gimana."

"Oh iya ya, maap ya sat, reflek tadi," balas Budi dengan senyum manis.

Tak lama setelah Satya dan Budi tahu siapa yang menjaga hari ini, mereka langsung memberitahu kepada Bu Rina. Lalu Bu Rina memberi respon,

"Yaudah kalian panggil yang jaga, biar dia yang gantiin ibu. Tapi setelah itu kalian tetap disini sampai Fathan sadar ya."

"Iya bu," jawab mereka serentak

Setelah itu mereka berdua jalan menuju kelas Andra, hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk menuju kelas Andra karna kelasya berada dekat dengan UKS.

Setelah sampai di kelas, mereka malu untuk masuk dan memanggil Andra, akhirnya terjadilah aksi dorong dorongan.

"Lo aja yang bilang. Gurunya killer tuh males gue," ujar Satya.

"Udah si lo aja, kan tadi yang disuru Bu Rina itu lo," balas Budi.

Akhirnya mereka saling mendorong, lalu akhirnya pintu kelas Andra terdorong dan mereka berdua jatuh tengkurap tepat di depan pintu kelas Andra. Semua mata memandangi mereka, dengan manahan tawa. Guru yang sedang mengajar di kelas Andra pun langsung keluar.

"Kalian ngapain disini, pakai dorong dorongan segala. Nggak malu apa sama adek adek kalian?"

"M.. maaf bu, sebenernya kita kesini mau manggil Andra Nadia bu, dia disuru jaga UKS sama Bu Rina. Karna ada siswa yang sakit dan juga sekarang giliran dia jaga bu," jawab Satya dengan suara gemetar.

Mendengar tentang itu, Kinta dan Tania langsung melihat ke arah Andra. Begitu juga dengan Tama dan teman temannya.

"Anjir ndra, kok bisa pas banget bagian lu piket si. Kira kira siapa yang sakit ya," ucap Kinta.

"Jangan jangan kak Fathan lagi yang sakit, tapi ngga mungkin lahh kalo kak Fathan sakit. Selama ini kan dia terkenal banget jago berantem," kata Tania.

—————

My Bad Boy Senior [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang