32 - Kepala Dingin

517K 29.7K 4.7K
                                    

2.15 a.m

Naufan berjalan sempoyongan memasuki kamar apartemennya. Setelah ia menemukan kasur. Ia langsung menidurkan tubuhnya dengan tengkurap, matanya sudah terpejam, namun ia lupa tidak melepas sepatunya dan mengganti seragamnya.

Pagi harinya, Naufan bangun sangat pagi. Ia bisa bangun sepagi ini karena ia mendengar suara dari arah dapur. Ia bangkit dan keluar dari kamar. Naufan menemukan seorang wanita paruh baya yang sedang menghidangkan pasta di piring.

"Loh Naufan, kamu udah bangun?" Reina menunjukkan senyumannya kepada Naufan yang sudah lama Naufan tak melihat senyuman itu.

"Kenapa bisa ada disini?" Tanya Naufan yang tak suka hadirnya Reina disini.

"Kamu lupa kunci pintunya ya?" Reina terkekeh. "Subuh Mama kesini, Mama lihat pintunya gak dikunci, yaudah langsung masuk aja."

"Kamu nggak perlu tau Mama tau alamat apartemen kamu darimana. Yang penting sekarang Mama bisa ketemu terus sama kamu lagi." Senyum Reina merekah. Naufan diam dan hanya memandangnya.

"Oh ya, Mama masakin makanan kesukaan kamu loh. Pasti kangen kan sama pasta yang Mama masakin?" Reina menyodorkan piring berisi pasta itu ke arah Naufan.

Reina yang melihat Naufan hanya diam tanpa merespon pun menurunkan bahunya dan sedikit kecewa. Ia menaruh piring itu diatas meja makan lalu menuntun Naufan untuk duduk dan mencicipinya.

"Coba dulu ya Fan. Hargain masakan Mama..." Reina tersenyum hangat.

Dengan perlahan, Naufan memasukkan garpu yang berisi pasta itu ke mulutnya. Jika jujur, Naufan sangat rindu pasta buatan Mamanya. Biasanya dulu waktu kecil, saat Mamanya membuatkan pasta untuknya, Naufan kecil selalu memeluk tubuh Mamanya, mencium kening dan mencium kedua pipinya lalu mengucapkan terima kasih kepada Reina. Namun sekarang, untuk berbicara berdua dengan Reina saja Naufan gengsi.

"Saya mohon anda keluar dari apartemen saya." Usir Naufan pelan sambil menunjuk pintu. Baru saja ia selesai makan dan langsung beranjak dari duduknya.

"Naufan... Mama masih pengen ngobrol berdua sama kamu seperti dulu yang kita lakuin." Suara Reina berubah menjadi serak.

"Dulu dan sekarang berbeda. Saya mohon sekali lagi keluar dari sini."

"Beri Mama kesempatan satu kali lagi sayang... Mama masih pengen jadi ibu yang baik buat kamu."

"Apa kamu sama sekali tidak merindukan Mama Naufan?" Tanya Reina dengan suara yang tercekat.

"Maaf. Saya harus sekolah." Naufan berlalu menuju kamar mandi.

Reina hanya menatap anak bungsunya itu dengan tatapan nanar. Ia langsung menyeka air matanya yang sempat turun ke pipi.

Sambil menunggu Naufan keluar dari kamar mandi, Reina membereskan kamar tidur Naufan yang sangat berantakan. Reina mencium bau selimut Naufan, bau alkohol. Reina tersenyum kecut kemudian kembali merapikannya lagi. Bertepatan dengan kamar Naufan yang disulap Reina menjadi bersih dan rapi, Naufan keluar dari kamar mandi dan menatap isi kamarnya ini. Reina menatap Naufan sekilas kemudian ia keluar dari kamar tidur Naufan.

Naufan keluar kamarnya yang sudah memakai seragam, sepatu, dan tas ransel yang ia sampirkan di bahu kanannya.

"Eh anak Mama udah ganteng begini." Reina yang sedari tadi duduk sambil menonton TV langsung bangkit dan menghampiri Naufan.

"Hati hati ya dijalannya. Belajarnya yang rajin, jangan males. Jangan mikirin pacar kamu terus loh. Semangat belajar my son." Reina berjinjit sambil mendongak menangkup kedua pipi Naufan lalu mengecup kening cowok itu.

Cool Boy vs Cool GirlWhere stories live. Discover now