BAB 1

2.5K 375 321
                                    


Kabar meninggalnya orang tua Jung Hyun Ri rupanya membuat dia shock berat, diumurnya yang masih lima belas tahun dapat ia rasakan betapa sedih kehilangan orang yang disayanginya. Bermula dari ayahnya yang akan bertugas di luar kota bersama sang ibu, lalu mereka kecelakaan dikarenakan rem mobil blong dan tidak bisa menghindar dari tiang listrik membuat mereka tewas ditempat.

Hyun Ri tidak tau harus pergi kemana, sekolahan sudah tutup sedangkan dia masih berada di gerbang menunggu siapapun yang akan menjemputnya. Namun pemikiran itu harus ia buang jauh-jauh, orang-orang terdekatnya tidak akan yang mengerti keberadaan dia sekarang. Sambil menangis karena tahu orang tuanya sudah tiada, ia mulai berjalan gontai bersama lampu malam yang menerangi keadaan gelap. Tidak mungkin gadis itu pergi ke rumahnya yang berjarak hampir satu kilometer.

Hyun Ri menghentikan langkahnya saat berada di pintu masuk gereja. Irisnya menatap ukiran pintu kayu yang berasitektur Roma. Tiba-tiba seseorang membuka pintu itu dan berdiri tepat di depan Hyun Ri. Orang itu memiliki rambut hitam kecoklatan bergelombang menggapai punggungnya. Hidung mancung serta matanya bellow khas wanita Asia. Poni menutupi kening putihnya, lalu bibir tipis dengan lapisan lip balm. Sudah dipastikan dia seorang wanita.

Dia cantik sekali! Pikir Hyun Ri.

Ternyata dia seorang pengunjung gereja yang selesai berdoa. Wanita itu nampak kaget melihat gadis di depannya membawa tas dan mengenakan seragam sekolah tengah menatapnya tanpa berkedip. Dia melihat sekeliling siapa tahu ia bersama orang tua atau temannya, namun nihil! tidak ada siapapun kecuali mereka berdua bersama angin malam yang berusaha menusuk kulit mereka.

"Hai..." Han Rae Soo mulai menyapanya, tapi sapaannya tidak didengar oleh Hyun Ri. Sadar bahwa sapaannya tidak di gubris, Rae Soo mendekati dan mengayunkan tangannya ke udara ke wajah gadis manis itu.

Ia mendengus pelan seraya menggelengkan kepala. Gadis kecil itu melamunkan sesuatu, tapi tiba-tiba air masam melintas di pipi Hyun Ri membuat ibu jari Rae Soo bergerak menyapunya.

"Kenapa, sayang? Dimana ayah ibumu? Kok belum pulang?" Tanya Rae Soo lembut. Wanita berumur 20 tahun itu mulai merasa kasihan kepada gadis kecil di depannya. Terlihat aura Hyun Ri yang begitu gelap tanpa bersinar sedikitpun dari wajahnya, ditambah lelah sehabis sekolah membuatnya jauh lebih parah dari menangis sebelumnya.

Suara decitan rem mobil mengalihkan perhatian Rae Soo dan Hyun Ri. Mereka menatap sedan berwarna putih beserta sirine campuran merah biru di atas mobil yang langsung dapat mereka kenali itu, mobil polisi. Si pengendara turun dan membenarkan topi putihnya yang miring. Kepalanya tertunduk dan dia menarik napas panjang. Tinggi tubuhnya mungkin berkisar 170 sampai 175, jaket yang menutupi tubuhnya menambah kesan gagah di mata orang termasuk mereka berdua. Tatapannya berubah tajam ketika beralih ke arah Hyun Ri.

Hyun Ri langsung bersembunyi dibelakang tubuh Rae Soo tanpa merespon polisi tersebut, ia hanya mengeluarkan kepalanya saja sedangkan tubuhnya berada di punggung wanita itu.

"Tidak apa, ada aku. Kau tunggu disini, biar aku yang menghadapinya." Lirih Rae Soo untuk mengurangi ketakutan Hyun Ri. Tapi, polisi itu mendengar suaranya lalu menertawakan mereka dan mengarahkan pistol Beretta ke arah Rae Soo dengan tatapan mematikan.

"Hadapi aku? Lebih baik kau menyerahkan gadis kecil itu padaku sebelum isi pistolku meledakkan kepalamu, Han Rae Soo!" Seru polisi itu sembari memberikan senyuman menakutkan kepada musuhnya.

"Hyun Ri masuklah ke dalam. Jangan mengintip kami di celah pintu atau kau kena akibatnya." Ujar Rae Soo pelan, diangguki gadis kecil itu dengan pasrah. Ia pun masuk ke dalam dan menutup rapat-rapat.

Merasa aman, Rae Soo merubah tatapan yang palsu menjadi asli jati dirinya ke arah lelaki itu, "Pistolmu bagus juga, tapi aku tahu segala kecuranganmu!"

Polisi itu tersenyum remeh dan kemudian memantik pistolnya, "Tapi aku bisa meloloskan barang ini dari para bedebah itu dengan sebuah uang." Ucapnya penuh lantang.

Lalu senapan kecil itu terarah ke kepala Rae Soo dari jarak 5 meter, "Jadi, aku menawarkan untuk terakhir kalinya kepadamu. Menyerah atau aku akan membunuh mu! Cepat putuskan kesempatan itu!"

Rae Soo menjawab, "Tidak akan pernah aku menyerah!"

"Sekali lagi. Aku tidak main-main dengan perkataanku noona, silahkan dipertimbangkan." Ucap polisi, masih berusaha bernegoisasi. Rae Soo hanya mengedikkan bahunya seperti tidak takut dengan keberadaan pistol berisi timah panas tersebut.

"Penawaran terakhir dan kau masih keras kepala?"

Polisi tak menyadari jika seseorang tengah mengintainya dari lantai atas gedung samping gereja menggunakan pistol panjang sedang mengincar jantungnya dari belakang. Pria itu memakai serba hitam dari mulai topi, masker hingga jas. Matanya dan telinganya terus mengamati setiap perlakuan dan perkataan polisi sambil telunjuknya bersiap untuk menarik pelatuk mengeluarkan peluru tajamnya jika polisi itu macam-macam ke arah si gadis.

"Situasi semakin menegang, baiknya aku hitung mundur 5 detik, lalu tembak dia kapten!"

Suara anak buah dari earphone kecil di telinganya, membuat mata sebelah kanan lelaki itu menutup untuk memposisikan senapan Heckler nya ke arah target.

"Aku sudah siap." Ucapnya lirih.

'5'

'4'

'3'

'2'

'1'

Dor!

Peluru tajamnya seketika menerjang sasaran yang begitu lunak, yaitu jantung. Darah segar memuncrat ke segala arah, peluru masih terus berputar mengoyak jantungnya yang sudah tak berdetak lagi. Seluruh saraf mulai mati menjalar ke otak lalu menyebar ke seluruh tubuh. Membuat badan kekarnya tumbang tersungkur mencium tanah. Mulut matanya terbuka seperti belum siap untuk ditembak dalam posisi telengkup.

Gadis di depannya terlihat sangat puas, ia mengulum senyum ke arah jasad polisi, "Sudah aku katakan, kau yang akan mati." Gumamnya.

"Oke, misi selesai. Kalian habiskan sisanya, aku pulang." Kata Rae Soo kepada orang yang tengah menunggu di earphone kecilnya.

Gadis itu kemudian berjalan balik mengarah ke dalam gereja.

Setibanya, dia menemukan gadis kecil itu telah pingsan di lantai, mungkin mendengar suara tembakan tadi membuatnya tak sadarkan diri. Rae Soo segera menggendongnya dan membawa pergi dari tempat tersebut.

____________________________________

Hai reader, ini ff pertamaku. Iya baru wkwkwk. Sedikit ya ceritanya? Aku bikin cerita ini sesuai khayalan ku sendiri. Gak tau sampai kapan ini cerita kelar yang penting baca aja dulu. VOMENT jangan lupa.

Killer Job ✘ M.Y.G Where stories live. Discover now