BAB 19

479 91 52
                                    

Ketika Jimin sudah sampai di lantai teratas, pelayan apartemen membuka pintu masuk dengan lebar, dan terlebih dahulu masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan di dalam sementara Jimin masuk ke dalam kamar dan meletakkan Rae Soo yang masih pingsan di atas tempat tidur.

"Jika ada keperluan lain silahkan hubungi kami. Saya permisi." Ucap pelayan.

Jimin mengangguk, lalu si pelayan pergi.

Hening.

Sepi.

Perempuan disana masih terlelap karena bom bius semalam. Jimin sedari tadi melamun mengingat kembali perkataan Jin sebelum pasukannya datang.

Jangan pernah berharap bisa lari dariku karena nanti akan ada waktunya aku kembali untuk membunuhmu.

Jimin mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya dengan sangat keras. Jimin melayangkan kepalan tangannya ke tembok putih. Emosinya sangat susah untuk dikendalikan.

Memang dari dulu Jimin orang yang mudah marah, bahkan Jeon Jungkook yang berstatus sebagai adiknya tidak berani mengganggu Jimin saat suasana hatinya tidak baik.

Karena akan amat menyeramkan apabila penyakit itu muncul lagi. Jimin memiliki penyakit Bipolar. Kata dokter, Jimin akan marah apabila dia merasa tertekan, khususnya memperoleh informasi negatif.

Perasaannya sewaktu-waktu bisa berubah. Kadang senang, sedih dan zona paling berbahaya-nya adalah marah. Jin sepertinya mengetahui hal itu, sehingga ia mengancam Jimin agar semuanya berjalan lancar.

Jantungnya sangat tidak karuan, lalu jantungnya seolah berhenti ketika ia mendengar suara di belakang. "Jim?" dan Jimin langsung memutar tubuhnya.

Seharusnya ia bersikap dingin dan membunuh gadis itu atau malah memutilasinya. Karena apa? Karena Rae Soo termasuk pelaku dalam aksi pembunuhan ayahnya. Namun entah kenapa ia tidak ingin melakukannya sekarang.

Gadis itu bangkit dari tempat tidur dan berjalan sempoyongan ke arahnya. "Dimana Yoongi? Aku---"

Tahu jika Rae Soo masih belum sadar sepenuhnya, Jimin menarik lengan Rae Soo masuk ke dalam tubuhnya.

"Dasar pria brengsek! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Rae Soo dan membiarkan tangannya memukul dada Jimin lebih kencang. Tapi itu tidak terasa sama sekali bagi seorang Jimin.

"Ya, Rae Soo. Kau ini keras kepala sekali. Kau masih belum pulih sama sekali. Masalah Yoongi biar aku urus."

Rae Soo menghentikan memukulnya dan beralih mendongak menatap Jimin. "Heh kau! Jangan sok baik dihadapanku, memangnya aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan setelah Yoongi ditemukan, huh?!"

"Memangnya apa? Jangan-jangan kau yang sok tau, pabo!" Jimin menyentil kening Rae Soo.

Rae Soo mendecih. "Aku akan mengatakannya tapi lepaskan tanganmu. Ini menjijikkan!"

"Oke, tapi jangan salahkan kalau kau jatuh." Jimin mendorong tubuh Rae Soo menjauh, tapi tiba-tiba gadis itu terjatuh ke belakang karena dia belum bisa menopang tubuhnya.

"Appo!" Rae Soo merintih kesakitan saat bokongnya mendarat kasar di lantai (sakit)

"Gayeobseora, sudah ku katakan bukan? Dasar gadis bawel!" ujar Jimin terkekeh pelan (kasihan)

"Doumhae, jebal." Mata Rae Soo berubah membulat ia menggigit bawah bibirnya seperti anak kucing yang kehilangan induknya. (help me, please)

Jimin yang awalnya tidak mau akhirnya mengalah karena tak tega melihatnya kesakitan. "Aish... kau menyusahkan saja."

Killer Job ✘ M.Y.G Donde viven las historias. Descúbrelo ahora