BAB 4

1.3K 226 86
                                    

Para pengawal terlihat sedang duduk di aula bawah kapal pesiar itu. Mereka bertanya-tanya tentang hal apa yang menyebabkan mereka dikumpulkan oleh pemimpinnya---Park Jimin.

Tidak ada lima menit, Jungkook dan Jimin mulai masuk ke dalam dan menuju ke atas panggung untuk menyampaikan perihal penting bagi mereka.

"Selamat siang semuanya. Aku mendapat berita bahwa teman kita---Lee Kyung Hoon meninggal. Ia ditembak oleh sniper milik kelompok Han Rae Soo. Sebab itu, aku punya perasaan tidak enak saat pernikahan ayahku nanti,"

Para pengawal menundukkan kepalanya, menyesal ketika mendengar temannya mati di tangan musuh.

"Oleh karena itu, aku ingin pasukan 1 menjaga belakang gereja, sedangkan pasukan 2 bagian pintu masuk. Yang lain tetap menjaga dari manapun! Aku dan Jungkook juga akan mengawasi mereka. Siapapun yang merasa ada kecurigaan pada salah satu tamu, suruh mereka keluar!"

"Siap!" ucap serentak seluruh pengawal. Mereka sangat marah dan ingin sekali membalas kelompok Rae Soo.

"Siapkan senjata kalian, setelah sampai Korea langsung berjaga-jaga di tempat."

***

Tepat pukul sembilan dini hari, kapal pesiar itu tiba di pelabuhan Busan-po. Seluruh penumpang segera mengemasi barang-barang mereka, termasuk Jimin dan Jungkook yang tengah memasukkan baju ke dalam koper.

Karena hari telah malam, suhu udara di pelabuhan terasa begitu dingin. Diambilah dua jaket bulu tebal yang terpasang di belakang pintu oleh Jungkook. Hembusan angin semakin lama terasa seperti es, membuat bulu-bulu halus pada tubuhnya meremang karena kedinginan.

Jimin terfokus pada satu buah apel di atas laci, dia berpikir dirinya sama sekali tidak memesan ataupun membelinya saat berada di kapal. Dia lalu berdiri memegang buah yang berwarna merah darah itu dengan perasaan curiga.

Tidak, tidak ada sama sekali yang menonjol dari buah segar itu di dalam ataupun luarnya. Tetapi, keyakianan Jimin untuk tidak memakannya lebih besar sehingga ia meletakkannya lagi di tempat semula.

Dia dikejutkan oleh Jungkook saat berbalik menghadap ke belakang. Jungkook ternyata memberinya jaket untuk ia pakai karena udaranya semakin tidak karuan. Jika saja Jungkook bukan adiknya, mungkin Jimin telah memenggal kepalanya untuk dijual kepada para mafia gelap.

Setelah beberapa menit, mereka telah siap untuk meninggalkan kamar. Jungkook menutup resleting koper dan menepuk-nepukkan barang itu dengan pelan.

"Ah...aku rindu Korea, jadi sekarang kita bisa pergi, kan?" Tanya Jungkook. Matanya berbinar-binar seperti mendapat kupon hadiah liburan gratis dari perusahaan besar.

"Tentu, kau keluar saja. Perintahkan anak buahku untuk berjaga-jaga di luar, aku segera menyusul."

Lelaki bergigi kelinci itu melenggang pergi seraya menarik kopernya dan meninggalkan kakaknya sendirian di kamar. Jimin kembali melanjutkan pekerjaanya yang hampir tuntas, kini tinggalah sepasang kaos hitam berlengan pendek dan celana jeans panjang dengan sabuknya yang masih tergeletak rapi di lantai.

Arah pandangannya berubah saat seorang laki-laki berdiri di pintu memakai pakaian dan bermasker serba hitam yang tidak dapat dikenali oleh orang-orang termasuk Jimin sendiri yang hanya mengerutkan keningnya. Di sabuk lelaki itu terdapat pistol berukuran sedang yang biasa Jimin gunakan untuk berlindung dari musuh. Tapi Jimin tidak membawa senjata apapun kecuali pisau lipat di saku celananya.

Suasana menegang ketika lelaki itu mengacungkan pistolnya ke arah Jimin, dia menyunggingkan senyumnya dari balik masker karena Jimin hanya bisa mengangkat kedua tangan tanpa melawan sedikitpun.

Killer Job ✘ M.Y.G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang