• Sheiland #7 •

476K 35.8K 3.4K
                                    

Baca author note di bawah ya.

***

Sheila bangun dari tidurnya​ dengan sebuah senyuman terbentuk di wajah cantiknya, ia merenggangkan otot-ototnya dan mengembuskan napas perlahan.

"Pagi," ucapnya pada diri sendiri.

Sheila kemudian bersenandung lagu saat kanak-kanaknya, tetapi sengaja ia plesetkan karena Sheila sesuaikan dengan keadaan saat ini.

"Bangun tidur ku pegang hp, tidak lupa membalas pesan, habis itu ku baru mandi, mengabaikan tempat tidurku."

Sebenarnya lagu yang selalu ia nyanyikan setiap pagi itu tidak sepenuhnya benar, memang benar sekali setelah ia bangun maka Sheila pasti mengecek ponselnya, tidak peduli ada notifikasi terbaru ataupun tidak. Tapi ia langsung membereskan tempat tidurnya kemudian, takutnya dimarahi sang ibu.

Sheila mematut dirinya di cermin, tersenyum lebar walaupun yang ia lihat adalah penampilan yang acak-acakan. Masa bodoh, yang penting suasana hatinya memancarkan aura yang berbeda hari ini. Eaaaak.

Sheila berjalan ke kamar mandi dengan senyuman tetap mengembang, mengingat kembali kejadian kemarin ketika ia seolah mendapatkan setruk durian sekaligus, artinya mendapatkan keberuntungan yang beruntun.

Walaupun Sheila tidak suka dengan perumpamaan durian runtuh, karena ia sendiri tidak suka dengan buah itu.

Ditembak Aland di sekolah, pergi kencan makan es krim, lalu diantar pulang dengan kereta kencana bertenaga mesin. Benar-benar hari yang indah.

Oleh karenanya Sheila berharap hari-hari menyenangkan seperti kemarin terulang lagi.

***

Aland menyisir rambutnya sendiri dengan tangan dan membentuk jambul khatulistiwa andalannya, setelahnya baru menyemprotkan parfum ke tubuhnya yang shirtless. Baru setelah itu memakai kaus polos berwarna putih, lalu terakhir seragam sekolahnya yang tidak ia masukkan ke dalam celana.

"Sok ganteng lu tai cicak," cibir Arkan yang masuk ke dalam kamar Aland dan mengambil charger ponsel miliknya yang kemarin dipinjam kembarannya itu.

"Kalo minjem itu balikin, nggak bilang-bilang lagi," lanjut Arkan masih dengan dahi mengernyit karena tidak suka.

"Gue mau bilang, tapi lo udah tidur. Ya udah gue bawa aja." Aland merangkul Arkan keluar dari kamar.

Arkan berhenti sebentar di ruang keluarga dan men-charger ponselnya yang sisa baterainya tinggal setengah.

Ketika keduanya sampai di ruang makan, pemandangan yang hampir setiap hari mereka jumpai tetapi tidak pernah membosankan menyambut mereka. Samudra yang duduk di salah satu kursi dengan mata yang fokus ke gadget miliknya yang menampilkan perihal pekerjaan​, lalu Lalisa yang menyiapkan makanan.

Samudra mendongak ketika Aland dan Arkan duduk di hadapannya, ia dapat melihat ekspresi yang berbeda di antara kedua anaknya itu. Aland yang terlihat berseri-seri dan Arkan yang datar bahkan cenderung muram ekspresinya.

"Arkan, kamu kenapa?" tanya Samudra, hal itu membuat Lalisa yang baru duduk ikut mengalihkan perhatiannya.

"Nggak papa."

"Kayak cewek aja lo, ditanya kenapa jawabnya nggak papa. Nggak mama sekalian?" cibir Aland yang menaikkan alisnya mengejek.

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang