• Sheiland #45 •

283K 26.8K 3.5K
                                    

Andai saja waktu bisa diputar mundur, aku lebih baik tidak mengenalmu jika akhirnya hanya ada rasa sakit yang aku rasakan kini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andai saja waktu bisa diputar mundur, aku lebih baik tidak mengenalmu jika akhirnya hanya ada rasa sakit yang aku rasakan kini.

***

Waktu berdua di taman bermain benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Sandi dan Sheila, kakak-adik kandung yang sudah lama tidak bertemu.

Sinar matahari yang memucat, berubah jingga hingga benar-benar hilang sepenuhnya dan digantikan kelap-kelip lampu menjadi saksi bagaimana senyum Sheila mengembang begitu lebar.

Setibanya mereka di taman bermain, keduanya berusaha melepaskan segala kepenatan yang ada meski hanya untuk sesaat. Lagipula, overthinking itu merugikan, bukan?

Sandi berusaha melupakan sejenak soal tuntutan orang tua angkatnya soal lulus dengan nilai terbaik dan meneruskan perusahaan, juga masalah-masalah seputar itu.

Sempat terpikir olehnya nanti kalau Izhar mungkin akan salah paham padanya, Izhar mungkin akan menganggap Sheila adalah pacarnya dan ia adalah pembalap ulung (Baca : hebat menikung).

Namun, untuk saat ini Sandi tidak ingin ambil pusing. Biarkan saja jika Izhar nantinya seperti itu, toh fakta soal ia dan Sheila yang memiliki hubungan darah tidak akan bisa dibantah.

Sheila sendiri sedang berusaha mengesampingkan beberapa masalahnya. Mulai dari ulangan-ulangan yang setiap hari seakan mencekiknya, tugas seabrek yang seolah tak terselesaikan, hingga hubungannya yang memburuk dengan Aland.

Oh tidak, Sheila tidak bisa melupakan soal yang ini. Ia terus saja kepikiran soal Aland.

Sheila ingin sekali mencoba satu-persatu wahana bersama Sandi, tetapi keterbatasan waktu tentu saja tidak mengijinkannya.

Wahana yang pertana mereka naiki adalah bianglala. Menikmati ketinggiannya dan sore yang indah, mereka melihat matahari yang terbenam dari ketinggian bianglala.

"Abang." Sandi menoleh. "Hmm?"

"Kalo Abang punya pacar nggak?"

Mendengar pertanyaan Sheila, Sandi malah terkekeh. "Nggak, nggak punya."

"Kok nggak punya?"

Sandi mengulurkan tangan dan mencubit hidung mancung adiknya dengan gemas. "Kamu ngeledek? Mentang-mentang punya pacar."

"Ih nggak!" Sheila menggeleng kuat-kuat. "Aku nanya aja, soalnya penasaran juga."

"Abang belum mikirin soal pacaran, Shei." Sandi menghela napas perlahan. "Selain karena orang tua angkat Abang nuntut soal fokus kuliah, Abang juga fokus buat nyari kamu."

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang