• Sheiland #44 •

274K 27.1K 2.6K
                                    

Yang masih setia nunggu mana suaranya? Wkwkwk

***


Miss me?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miss me?

***

Sheila masih berharap soal Aland yang akan datang kepadanya, menjelaskan apa yang membuat cowok itu marah, hingga membuatnya mengerti soal apa yang terjadi.

Yang jelas, hubungan mereka tidak bisa seperti ini terus. Sheila yakin bahwa ada kesalahpahaman di antara mereka, tetapi Sheila tidak tahu apa itu.

Sheila bahkan sampai mencari hal itu di internet. Dan menurut hasil penelusurannya, ada beberapa hal tentang kesalahpahaman antara hubungan dua remaja.

Yang pertama ada soal salah satu yang berbohong, namun Sheila tidak pernah membohongi cowok itu. Kecuali satu hal soal, soal salah satu hobinya yang suka memasak, padahal menyentuh wajan saja Sheila enggan. Ia hanya ingin membuat cowok itu terkesan.

Selain itu, ada penyebab karena orang ketiga. Untuk hal ini, Sheila merasa sangsi. Di antara mereka 'kan tidak ada orang ketiga, baik di pihaknya atau di pihak Aland.

Kalaupun Aland yang memang selingkuh, bukankah seharusnya dirinya yang marah dan bukannya cowok itu?

Sungguh, Sheila benar-benar bingung.

Sheila menoleh kala firasatnya mengatakan bahwa ada Aland di sekitarnya. Dan benar saja, cowok itu berjalan dengan wajah datar, lurus ke parkiran dan akhirnya naik ke mobilnya.

Tetapi sampai mobil itu keluar dari kawasan SMA Pelita pun, Aland tidak sedikitpun melihat ke arahnya.

Sheila mengembuskan napas pelan, usaha berupa mengirimkan pesan rupanya sia-sia saja. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

"Shei."

Sheila menoleh gara-gara seserang memanggil namanya, ia segera tersenyum dan menghampiri Sandi yang tampak mencolok di antara siswa-siswi yang berpakaian putih abu-abu. Dia memakan kaus putih yang dibalut kemeja kotak-kotak warna biru serta celana jeans.

Sandi mengacak rambut Sheila gemas, dia terkekeh setelahnya. "Tadi kayak ngelamun, kenapa?"

Sheila ragu untuk bercerita kepada Sandi atau tidak, ia memilih menggeleng dan menampakkan senyum terbaiknya, meski dipaksakan.

"Nggak ada apa-apa, cuma nungguin Abang datang. Ayo, katanya Abang mau ajak aku main."

Beberapa pasang mata yang sempat memperhatikan mereka Sheila abaikan, ia mengikuti langkah kakaknya itu menuju mobil yang terparkir di luar daerah sekolah.

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang