• Sheiland #16 •

372K 29.5K 1.4K
                                    

"Shei, ada pacar kamu di bawah tuh." Ibu Sheila mengetuk pintu, baru kemudian masuk ketika tidak ada respon dari anaknya itu.

Sheila masih tidur dengan posisi menyamping, rambutnya yang acak-acakan tampak menutupi wajah dan terlihat menyeramkan. Seperti kuntilanak yang baru minum obat batuk gara-gara terlalu sering tertawa menakuti orang-orang. Kualat.

Vira mengguncang bahu anaknya itu beberapa kali, tetapi tidak ada respon apapun. Sheila tetap pulas dalam tidurnya, mungkin sedang bermimpi mendapatkan penghargaan kecantikan. Tidak-tidak, Vira menggeleng. Kalau mimpi menjadi penyebab Sheila belum bangun juga, maka mimpi itu pasti berupa Sheila yang mendapat kupon makan gratis selama lima tahun penuh.

"Shei, Sheila. Ada pacar kamu yang ganteng itu di bawah, yang nganterin kamu pulang kemarin. Shei, bangun."

Baru pada percobaan ketiga Sheila membuka matanya yang tampak merah, ia batuk ketika mendapati wajah ibunya sangat dekat bahkan berhadap-hadapan dengan wajahnya sendiri.

"Anak perawan itu pamali bangun siang! Bangun, pacar kamu udah di bawah, katanya mau jalan dan udah janjian. Ayo cepet siap-siap."

Sheila duduk, mengucek mata dengan linglung dan menguap lebar. Tubuhnya sedikit menggigil dan kepalanya terasa pening, rasanya juga lemas ketika bergerak turun dari tempat tidur.

"Kalian emang mau ke mana, Shei?"

Sheila yang sedang menguap pun menoleh dengan mulut yang masih terbuka lebar. "Nggak tau, kayaknya jalan-jalan aja."

"Ya udah. Mama ke bawah dulu, sekalian mau ngasih air minum ke pacar kamu."

Sheila mengangguk-angguk, baru kemudian mendesah ketika pintu kamar ditutup.

***

"Shei."

"Hmm."

"Kamu kok keliatan kayak lemes gitu? Sakit ya?" tanya Aland ketika mereka berdua masuk ke dalam mobil.

Aland memerhatikan Sheila dengan pandangan cemas. Keningnya berlipat-lipat, merupakan kebiasaan cowok itu jika dalam benaknya sedang mempertanyakan sesuatu.

Sheila mengerjapkan mata berkali-kali, memiringkan kepala dengan gaya menggemaskan lalu menggeleng pelan. "Enggak."

Aland melajukan mobilnya menjauhi halaman rumah Sheila, berdeham dan masih menatap pacarnya itu dengan sorot tidak yakin. "Beneran? Kalo sakit ngomong aja ke aku, Shei. Kita bisa batalin jalan kita hari ini."

Sheila langsung menggeleng. "Ih enggak, aku sehat-sehat aja kok."

"Beneran?"

"Iya."

"Tapi kalo ngerasa sakit nanti ngomong aja ke aku ya?"

Sheila mengangguk, mengacungkan jempol dan tersenyum lebar.

Aland terkekeh, mengelus puncak kepala Sheila dari samping lalu kembali fokus menyetir.

Sheila mencoba mencari posisi bersandar yang paling nyaman, karena duduk tegak malah membuat kepala berdenyut-denyut. Setelah dirasanya menemukan posisi ternyaman itu, Sheila menoleh dan memerhatikan Aland yang tampak, ups koreksi, selalu terlihat tampan. Hari ini Aland memakai kaus putih polos yang dibalut jaket hitam, lalu celana berwarna hitam serupa. Tak lupa 'jambul' yang ditata sedemikian rupa hingga mengekspos dahi Aland yang mulus.

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang