• Aland-Arkan #02 •

147K 11.1K 1.7K
                                    

Hello!

Sudah lama nggak update, ya.

Sambil nunggu bukunya terbit, baca Extra chapter tentang si kembar boljug.

Jangan lupa vote dan komentar, guys. Happy reading!

***

Membosankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membosankan.

Aland sampai menguap berkali-kali. Ia menyandarkan tubuh di sofa berwarna hangat yang empuk itu. Kakinya berayun, tak cukup mencapai lantai.

Di lantai, Arkan tengah membolak-balik sebuah buku. Penuh ilustrasi, gambar-gambar berwarna-warni, dan tulisan-tulisan dengan ukuran cukup besar. Kembarannya itu memang hobi membaca.

Di perpustakaan rumah yang berlangit-langit tinggi ini, Aland mengembuskan napas pendek. Perlahan, ia turun dari sofa. Kaki mungilnya membawa Aland mendekati Arkan.

"Alkan, yuk main yuk."

Tak mengalihkan pandangan, Arkan menggeleng. "Nggak mau. Alkan belum selesai baca."

"Ih, baca nggak selu." Aland duduk di samping Arkan, menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Main bola lebih selu!"

"Capek!" Arkan mulai terganggu karena Arkan tak henti mengguncang tubuhnya. Ia memelotot. "Aland, diem!"

Mengerucutkan bibir, Aland pun memalingkan muka. Di ruangan seluas ini, ia merasa sangat mungil dan tersudut. Di setiap sisi, rak-rak tinggi dengan buku-buku cetak tersusun rapi berdasarkan warna. Membentuk gradasi warna yang indah.

Hanya saja, di salah satu rak, susunannya tampak acak gara-gara Arkan mengambil beberapa buku dan menempatkannya sembarang.

"Aland bosen!" gerutu Aland.

"Nggak nanya!" Arkan membalas tak kalah ketus.

Aland mengomel tanpa suara. Ia mengambil salah satu buku yang berserakan di lantai, sebuah buku tentang ragam flora dan fauna di Indonesia.

Melihat gambar anjing, Aland terkikik. Ia memperlihatkannya kepada Arkan. "Alkan takut ini, kan?"

Mata Arkan menyipit. "Nggak."

"Bohong. Alkan suka lali kalo liat anjing. Cemen!"

"Alkan nggak cemen!"

"Tapi takut anjing."

"Suka-suka Alkan dong!"

Aland tertawa, puas melihat wajah Arkan yang memerah. Pipi Arkan yang bulat mengundang untuk dicubit.

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang