• Sheiland #30 •

306K 26.4K 1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading.

***

"Ini apa?" tanya Sheila ketika Aland menyerahkan sebuah kotak padanya pagi itu, padahal ia baru saja masuk ke dalam mobil.

"Buka aja," balas Aland sembari mengeluarkan mobilnya dari halaman rumah Sheila, sejenak meneliti ekspresi cewek itu kala dia membuka kotak tersebut.

Mata Sheila langsung berbinar-binar ketika melihat apa isinya, ternyata sebuah gelang yang dapat dipastikan memiliki bagian emas, serta terlihat ukiran yang bertuliskan Alano's.

Tetapi, Sheila menoleh dengan cepat dengan mata menyipit. "Aland, kamu nggak ngajak aku nikah muda, kan? Aku sih siap-siap aja, tapi kan kita belum lulus sekolah," cerocosnya.

Aland tertawa kecil. "Siapa yang mau ngajak kamu nikah?"

Sheila memakai gelang dari dalam kotak, memutar pergelangan tangan untuk melihat gelang yang cantik itu. "Terus kamu ngapain ngasih gelang?"

"Itu Mama aku yang ngasih."

Sheila mengangguk-angguk. "Mama kamu baik ya?"

Aland menggeram sebagai jawaban.

"Gelangnya cantik banget ya, kayak aku," celetuk Sheila, yang berhasil memancing tawa Aland keluar dari mulutnya.

***

"April, gue jajan cilok satu ya."

"Bayar, jangan ngutang!" seru April galak ketika Bram, teman sekelasnya yang bertubuh cukup tambun mengambil satu bungkus cilok seribuan yang merupakan dagangan April.

Akhir-akhir ini April memilih berjualan cilok dulu. Karena menurut pengalaman serta survei membuktikan bahwa makanan itulah yang paling laku, diikuti es jeruk, lalu rujak buah.

Keripik pisang yang sempat ia foto bersama Aland juga laku keras. Sayangnya, April tidak begitu suka karena ia jadi mendapat pertanyaan bertubi-tubi. Hingga permintaan gratis foto Aland setelah membeli satu keripik pisang.

Ya kali. Rugi bandar, bos.

Cilok menjadi yang paling laku dikarenakan cilok April memiliki rasa yang mencolok, keterlaluan pedasnya. Meskipun ada varian yang tidak begitu pedas, khusus untuk pelanggannya yang tidak terlalu suka rasa yang membakar lidah.

"Nih seribu," seloroh Bram, tangannya menyerahkan koin bulat seribuan ke tangan April.

"Makasih ya," ucap April sambil menampakkan senyum terbaiknya.

"Lain kali dagang itu jangan galak-galak, yang ada pembeli kabur semua." Bram memberi masukan dengan ekspresi yang berusaha dibuat terlihat serius, tetapi yang terjadi justru terlihat lucu.

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang