[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA]
'Tentang lara yang lebur dalam tawa.'
Bagi Sheila, menyukai Aland adalah sesuatu yang mudah. Kakak kelasnya itu populer dan tampan.
Namun, menyukai Aland tentu membutuhkan tenaga ekstra...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Komentar @manumartinj (follow him!) Ada di postingan terbaru Instagram saya @bayupermana31_ , sapa dia ya guys~
Oke, happy reading:))
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kemana perginya dirimu yang inginkan diriku?
***
"Gue nggak butuh."
Aland hanya butuh tiga kata untuk membuat hati Sheila sakit. Hanya butuh tiga kata untuk menyisakan sesak di dada, perih tak terkira dan pupusnya harapan yang semula ada.
"Aland," lirih Sheila. Matanya menatap tak percaya ke arah Aland yang kini berdiri. Seakan hendak meninggalkannya dalam waktu yang... lama.
"Lo nggak denger? Gue nggak butuh."
Aland hendak pergi, tetapi Sheila dengan cepat menahan tangannya, dengan segenap kekuatan yang masih tersisa. "Aland, please, sebenernya ada apa? Kenapa kamu kayak gini?"
"Ask yourself."
Sheila mengernyit, tangannya mencengkeram roti yang ia bawa. "Maksudnya? Aku nggak ngerti."
Aland mendengus, menepis tangan Sheila ketika ucapan cewek itu menghentikan langkahnya.
"Aku serius, Aland, aku bener-bener nggak ngerti. Aku nggak pinter bahasa Inggris."
Aland mengembuskan napas berat, ia berbalik sebentar. Ekspresi di wajahnya keras, sedangkan sorot matanya tajam. "Tanya diri lo sendiri."
"E-emangnya kenapa? Aku salah apa? Maaf kemarin aku kekanakan karena marah-marah gak jelas, gigi aku emang sakit, Aland."
Aland berdecak, merasa semuanya percuma saja. Tidak akan ada perubahan atau kemajuan yang berarti jika mereka tetap seperti ini.
