Part 15 ~~Love

4.4K 167 0
                                    

Lyani Kejora||

"Buruan!!" Aku kaget mendengar perintah Micky yang sudah bertengger ganteng disamping mobil barunya.

Kutebarkan senyuman manisku.

"Mata loe kejedot dimana?? (Baca: kenapa matamu sembab?)"

"Owhhh... tadi malem aku nonton drama Korea flimnya sedih bangetttttttt....... apalagi saat adegan perpisahannya" ujarku sambil membuka pintu mobil. Namun tidak bisa.

"Dasar!!! Itu mobil masih terkunci" ledek Micky setelah menertawaiku yang cemberut.

Klik

Kami memasuki mobil. Setelah mengunci pintu. Tiba-tiba Micky mendekatiku. Tubuhku menegang seketika. Nafasku tercekat. Samar.. wangi parfume import nya menguar.

"Udah........." jelasnya. Aku tersadar. Micky ternyata memakaikan sealt belt padaku. Aku menormalkan detak jantungku.

.
.
.
.

"Lyan"

Aku menoleh pada Micky yang serius. Kami berhenti dilampu merah.

"Gue suka sama loe"

Aku menatapnya tajam.

"Mata loe..... jangan pandangi gue" ujarnya menoyor keningku.

"Maksudnya Mick" tanyaku tidak mengerti.

"Jawaban dari pertanyaan loe semalem. Jujur. Gue gak bisa tidur semaleman. Gue mikirin semuanya." Micky memajukan mobil setelah lampu berubah hijau.

Aku diam.

"Untuk pertama kalinya gue perduli sama wanita. Maksud gue gadis. Gue juga belom faham ini disebut tulus atau apa. Cuma asal loe tahu aja. Gue jujur saat menyebutkannya tadi" otakku blank mendengar penuturan Micky.

.
.
.
.

"Lyan" aku melirik Micky.

"Kenapa loe nangis???" Aku tersadar. Sebelum aku mencoba menghapus air mataku. Pria berandalan itu menghapusnya terdahulu.

Aku memeluk tubuh Micky erat. Mencoba menghirup aroma tubuhnya. Mencoba menghisap kehangatannya. Berharap apa yang kuketahui kemarin adalah mimpi. Mimpi buruk yang sudah terkubur dan berusaha aku enyahkan saat ini.

........

Micky Stefano||

Aku mengusap rambut wanita mungil yang baru saja aku tembak.

"Mengapa wanita mudah sekali menangis??" Bathinku

"Padahal aku tidak menyakitinya. Atau apa aku menyakitinya??" Aku berdialog indah.

"Lyan??"

"Emang gue salah apa??" Tanyaku hati-hati. Lyan menggeleng. Dengan tubuh masih menempel dilengan kiriku.

"Jangan cengeng. Gue gak ahli mendiamkan cewe cengeng" perintahku.

"Tidak... aku begitu bahagia mendengarnya. Kamu tahu. Aku sudah lama menyukaimu. Sejak kamu menyelamatkan ku di bar dan parkiran mobil" nafas Lyan sudah teratur kembali.

"Maksud loe??" Tanyaku. Kuparkirkan Mobilku ditempat khusus buatku.

Setelah memakai tas aku berjalan berdampingan dengan Lyan yang bercerita mengenai awal mula kami bertemu hingga dia menyukaiku.

......

"Jadian loe??" Tanya Bobby

Aku diam saja.

"Mentang-mentang mobil baru loe kampret" ujarnya. Aku menoleh dengan malas.

"Ambar loe kemanain??. Gue denger tuh cewe pindah sekolah. Sadis loe Mick. Main usir aja. Gitu-gitu loe kan pernah EM EL in dia"

"Berisik loe. Terus elo yang Enaena in Ambar dibelakang gue itu disebut apa??? Binatang?? Iyaaa???" Aku sudah muak dengan sandiwara Bobby.

Lelaki itu terdiam.

"Loe tau??" Tanyanya bloon.

"Menurut loe???"

"Sejak kapan??"

"Sejak hp Ambar tertinggal di jok CBR gue. Dan tanpa sengaja nomer keparat loe yang terlanjur gue hafal menelfon ambar dengan nama kontak GIGOLO" bentakku. Air muka Bobby berubah.

"Loe....."

"Males gue ribut ma loe... " aku meninggalkan Bobby yang mematung dikelas.

........

Lyani Kejora||


Aku memutuskan untuk menghabiskan jam istirahat di UKS. Aku berbohong pada Micky.

Aku hanya menghindarinya. Berusaha menenangkan fikiran dan mata hatiku yang terus berperang dan ber_argumen mengenai fakta kelam dan fakta atas perasaan Micky.

"Mengapa aku mencintai pria yang kakaknya membunuh kakakku" bathinku sedih.

.
.

"Menangis lagi!!" Aku tersentak melihat Micky sedang bersandar dipintu ruangan.

Aku duduk.

"Membaca novel sedih lagi??" Micky melirik kearah Novel dengan sampul Pink.

Aku mengangguk sekaligus bersyukur. Untung saja aku membawa novel Rina. Jika tidak apa alasan yang akan kukatakan.

"Nich... gue gak sengaja membeli makanan kebanyakan. Mubajir kan kalo dibuang. Mana tau perut loe kenyang. Kalo loe mau ambil saja. Kalo tidak buang saja." (terjemahan: aku beliin kamu makanan dikantin. Aku tahu kamu belom sarapan)

Aku menerimanya dengan senang. Mana mungkin makanan ini kubuang. Jelas lelaki itu membeli makanan kesukaanku. Sandwich.

"Thanks pacar" ujarku.

"Biasa aja kali. Lebay" (baca:sama-sama)

"Gue balik dulu. Ntar kalo gue ingat gue jemput. Loe tidur aja. Biar penyakit loe ilang" (terjemahan: nanti kita pulang bareng).

Aku mengangguk. Kemudian membuka bungkusan makanan dan minuman yang dibawa Micky.

.....

Micky Stefano||

Aku tidak bisa menyembunyikan senyumanku setelah mengintip Lyan yang menghabiskan Sandwichnya dengan lahap.

"Untung tadi pagi bibik membocorkan rahasia makanan kesukaan gadis rese itu" bathinku senang.

"Gila..... sejak kapan gue jadi alay.... perasaan masa puber gue udah lewat. Kok gue merona kayak orang abnormal gini ya???" Dialogku

"Cih.... cinta emang gila" aku melangkahkan kaki kearah lapangan Basket. Bergabung dengan Walker dan Imam yang sedang asyik bermain.

"Mick" aku menoleh.

"Siapa loe??" Tanyaku pda seorang gadis cantik berkulit hitam manis.

"Gue Nada"

"Gue gak kenal sama loe" bentakku dan melanjutkan permainan basketku.

"Gue tau dan kenal sama Loe. Pacaran yuk. Gue denger loe putus dari Ambar"

Aku menghentikan permainan basketku.

"Sori.. gue udah ada pacar"

"Siapa???? Lyan??? Kok bisa... tumben selera loe rendah. Loe kaya Mick masa loe sama Lyan bego loe" bentaknya

"Woi... mulut... woi.... sadar.... kulit kayak pantat panci aja loe banggain. Sana loe dasar arang!!!"

"Ehhh... brengsek... jangan sok ganteng ya... loe aja item kayak arang!!" Hinanya

"Justru itu gue males dan gak mau sama loe. Apa kata dunia. Gue item dan loe item bisa-bisa dikatain Arang Couple gue saat jalan bareng loe" umpatku dan meninggalkan cewe belagak itu dengan wajah bertekuk.

Perfect Love [[END]]Where stories live. Discover now