BAB 2

2.1K 215 95
                                    

"Ada apa lo kemari?" tanya Leo saat sudah duduk dengan benar.

Cewek di sampingnya tersenyum manis kepada Leo. Ia pun sedikit menahan tawa, melihat kepala Leo yang botak.

"Gue kangen lo," jawab Ila dengan senyumnya yang lebih manis.

Senyum yang bisa membuat siapa pun merasa kehangatan dari Ila. Tak dipungkiri, Leo pun merasakan kehangatan itu. Tapi kesalahan Ila membuat Leo tak suka dengan Ila.

"Trus kalau lo kangen, lo mau apa?" tanya Leo tak menatap wajah cewek itu lagi.

"Gue mau ngelihatin wajah lo," jawab Ila melihati wajah Leo yang memandang ke depan.

Dia tau Leo tak akan suka dengan ke hadirannya. Tapi rasa cintanya, membuat ia tak bisa membuang fikirannya terhadap Leo begitu saja. Dia akan terus berusaha mendapatkan cowok kesayangannya. Dengan cara apa pun itu.

"Bukannya lo udah ngeliat wajah gue?" tanya Leo dengan nada yang sedikit tak enak didengar.

"Iya, tapi gue ingin ngeliat wajah lo tiap hari," jawab Ila masih dengan senyumannya yang tak akan ia hilangkan.

Tak ada jawaban dari Leo. Leo merasa percuma berbicara dengan Ila. Membuang waktunya saja. Lebih baik dia mengunci diri di dalam kamar.

"Leo, apa sebegitu besarnya kemarahan lo sama gue?" tanya Ila saat Leo hendak beranjak dari tempat duduknya.

Leo berdiri membelakangi Ila. Dia pun malas untuk menjawab pertanyaan Ila.

"Apa gak ada kesempatan buat gue?" tanya Ila sambil berdiri.

Leo membalikkan badannya, mendekati Ila yang masih tersenyum. Leo bingung kenapa Ila masih tersenyum dengan keadaan yang seperti ini.

"Asal lo tau La, gue gak benci sama lo, gue cuma gak suka sama kesalahan terbesar yang pernah lo lakuin. Sampai-sampai gue gak suka liat wajah lo. Dan memang gak ada kesempatan buat lo," jawab Leo dengan wajahnya yang sedikit emosi.

Ila tersenyum, "kalau boleh tau apa salah gue sampai-sampai buat lo semarah ini?Sampai-sampai lo bilang gue cewek yang gak bener. Lo nyuruh gue buat pergi dari kehidupan lo. Gue udah ngelakuinnya. Tapi kenapa kemarahan lo itu masih lo simpan juga?"

Pertanyaan Ila membuat Leo ingat dengan kejadian 3 bulan yang lalu. Tapi Leo menepis ingatan itu untuk masuk kedalam pikirannya. Ia memandangi wajah Ila yang mulai tak menampakkan senyumnya.

"Kenapa lo tanya ke gue? Bukannya lo yang ngelakuin itu? Lo inget-inget dulu La, apa yang pernah lo lakuin ke gue. Gue harap besok dan seterusnya gue gak bakal ketemu sama lo lagi," kata Leo lalu meninggalkan Ila yang terpatung dengan rasa sakit dihatinya.

Ila masih berdiri melihat pintu rumah Leo yang sudah tertutup. Dia begitu hancur. Kalimat Leo masih terngiang ditelinganya. Membuatnya semakin hancur.

Aku tidak boleh begini, aku tidak boleh hancur hanya karna perkataan Leo. Aku tidak mungkin menyerah, aku akan melakukan cara apapun itu untukmu Leo, batin Ila.

~▪~

"Ca? Lo masih deket ya sama si Leo?" tanya Ila kepada Caca yang duduk bersila di depannya.

"Kenapa emang? Lo gak suka ya? Lo tahu kan La kalau gue..." kata Caca terpotong.

"Iya gue tahu kalau lo gak pernah suka sama Leo, gue tahu Ca. Tapi kenapa Leo sukanya sama lo?" tanya Ila membuat Caca bingung.

"Leo? Suka sama gue?" tanya Caca balik.

"Itu kemungkinannya Ca, buktinya Leo selalu merhatiin lo. Dia selalu ada buat lo, sementara dia gak pernah ada buat gue," jawab Ila.

"Tapi gue anggap Leo sebagai kakak gue sendiri. Gue pun gak punya rasa apa-apa sama dia. Gue sayang sama Leo sebagai seorang kakak aja, La," kata Caca takut jika Ila marah kepadanya.

"Iya gue tahu itu .Tapi gue bingung, kenapa Leo begitu bencinya sama gue? Padahal gue gak pernah ngelakuin apa-apa Ca, gue gak pernah merasa bersalah," kata Ila yang sudah tak ada lagi senyuman diwajahnya.

"Bukannya Leo marah sama lo, karna kejadian 3 bulan yang lalu? Lo masih ingat kan?" tanya Caca mengingat kejadian yang pernah diceritakan oleh sahabatnya itu.

"Tapi Ca, waktu itu gue bantuin dia yang lagi mabuk," jawab Ila mengingat kejadian 3 bulan yang lalu.

"Gue tahu, mungkin aja difikiran Leo bukan itu," kata Caca.

"Terus kalau fikirannya Leo bukan itu, apa coba?" tanya Ila.

"Hmmm, kayaknya lo harus tanya dulu sama Leo," jawab Caca.

"Gimana cara tanyanya Ca, kalau Leo aja gak mau lihat muka gue," kata Ila masih mengingat perkataan Leo.

"Oke, sebagai sahabat yang baik. Gue bakal bantuin lo. Lo tenang aja," kata Caca.

"Apa lo bilang tadi? Sebagai sahabat yang baik?" tanya Ila dan Caca mengangguk.

"Sahabat baik apanya, lo aja pelit sama gue, baru kali ini lo mau bantuin gue," kata Ila, keceriaannya mulai kembali.

"Ihhh, apaan sih La, gue selalu bantuin lo ya," kata Caca sambil memukul Ila dengan gulingnya.

Mereka saling pukul memukul dengan guling. Ini yang dicari oleh Ila. Yaitu kebahagiaan. Entah kenapa dia selalu mendapat kebahagiaan dari sahabatnya ini. Keluarganya pun jarang memperhatikannya.

Sementara Caca. Apa yang kurang dari hidup Caca? Ia selalu dapat kebahagiaan. Dari keluarga, sahabat, maupun Leo. Terkadang Ila sedikit iri dengan apa yang dimiliki oleh Caca.

~▪~

BAB 2 selesai!!

Jangan lupa vote and comment...

Maaf kalau ada typo...

Lopyu and seeyou💜💜💜

KauWhere stories live. Discover now