BAB 6

1.4K 135 46
                                    

"Apa tidak ada topik lain yang tak menyangkut sosok itu?"

~▪~

"Makan nih." kata Leo sambil menyodorkan seporsi Nasi goreng dan Cappucino kepada Caca.

"Gratis kan?" tanya Caca dan Leo mengangguk.

Leo mendudukkan dirinya diseberang Caca yang sudah lahap memakan nasi goreng, "lo gak pulang apa? Udah jam lima, mama lo pasti nyariin lo."

"Gue nungguin lo. Lo udah mau pulang kan?" tanya Caca dan Leo mengangguk.

"Tunggu, mubazir nih." kata Caca melahap nasi goreng itu hingga tak tersisa dan menghabiskan Cappucino favoritnya itu.

~▪~

Caca: Yo, gue mau ngobrol...plis jangan lari
lagi.

10 menit Caca hanya memandangi handphonenya itu. Belum ada balasan yang masuk dari Leo. Caca tau, pasti Leo masih dalam perjalanan.

Leo: Iya, iya gue bakal maafin semua
kesalahan Ila. Udah gak usah dibahas
lagi.

Caca: Tapi lo harus janji, kalau lo bakal
terus baik sama si Ila.

Leo: Janji.

Caca: Kalau bisa, lo juga kasih cinta dan
warna ke hidup Ila.

Leo: Iya, cerewet.

Caca senang dengan balasan Leo. Yang akhirnya dia mau juga. Caca harap Leo tidak terpaksa melakukan itu.

~▪~

"Apa Ca? Gue gak salah denger?" tanya Ila dengan kegeringan. Caca mengangguk.

"Makasih Caca sayang." kata Ila langsung memeluk sahabatnya itu yang sedang asik main basket di lapangan dekat rumahnya.

"Ih, lepasin La." kata Caca yang merasa risih.

"Iya, iya, gue juga gak tahan sama bau badan lo." kata Ila melepas pelukannya sambil menutupi hidungnya.

Caca hanya menoleh sebentar. Tapi menurut Ila tatapan Caca barusan, itu sangat menyeramkan. Ila berjalan kepinggir lapangan dan duduk disana.

"Atta?"

Kata Ila barusan membuat Caca tak jadi melempar bola ke dalam ring. Ia begitu terkejut saat mendengar nama itu. Tapi dia berusaha bersikap biasa dengan melanjutkan main basketnya.

"Lo kok kaget gitu pas denger nama Atta?"

"Gak, mata gue agak burem." kata Caca berbohong.

"Lo tuh..." perkataan Ila terhenti saat bola basket mendarat disampingnya dengan keras.

Ila langsung berdiri, berjalan menghampiri Caca yang sudah berlari meninggalkan lapangan. "Ca, maafin gue."

Ila tak mengejar Caca, karna lari Caca yang begitu kencang. Ila memilih untuk pergi ke taman dekat rumahnya yang tak jauh dari lapangan basket.

~▪~

Motor Ninja itu terus berjalan memutari taman di daerah dekat dengan rumah Ila. Entah kenapa karena perjanjiannya dengan Caca tadi malam. Fikirannya terus tertuju kepada sosok Ila. Sampai-sampai tujuan awalnya yang ingin ke sebuah toko alat musik dekat kompleks rumah Caca malah ia terus mengendarai motornya kekompleks sebelah. Dimana ada rumah Ila disana.

KauOnde histórias criam vida. Descubra agora