BAB 10

1K 79 4
                                    

Gadis berseragam putih abu-abu itu berlari kecil. Rambutnya yang dikuncir kuda itu menari ke kanan dan ke kiri. Sesekali kakinya itu tidak sengaja menginjak genangan air, membuat sepatunya sedikit basah. Saat jarak yang ditujunya sudah dekat, ia pun berhenti berlari. Ia berjalan santai dibelakang cowok berjaket hitam itu.

Sementara cowok itu tak merasa ada seseorang yang membuntutinya. Buktinya saat gadis itu memanggil, cowok itu sama sekali tidak merespon. Karena geram, gadis itu pun menarik tas hitam milik cowok itu. Bukannya berhenti berjalan, cowok itu malah melepas tasnya dan berjalan santai seperti tidak ada masalah.

Gadis itu hanya bisa bergumam, menjelekkan cowok itu. Tapi karena ia masih memiliki kesalahan, ia pun berlari sambil memeluk tas hitam milik cowok itu.
Sekarang larinya ia percepat karena cowok itu berjalan dengan cepat.

Meskipun gadis itu telah berlari dengan cepat, tetap saja ia tidak bisa menyamai langkah cowok itu. Mungkin karena kaki cowok itu yang panjang. Sekarang pun tubuh cowok itu sudah tidak terlihat. Entah kemana hilangnya cowok itu.

Gadis itu telah menyerah. Ia tidak akan mengejar cowok itu lagi. Lebih baik ia menunggu angkot di dekat lampu merah.

"Hai cantik." sapa Rian membuat Caca harus membalikkan badan.

"Hai, gue kira lo siapa." kata Caca menanggapinya dengan biasa.

"Kok sendirian?" tanya Rian.

"Iya, tadi sama si Ari, tapi dia udah duluan." jawab Caca.

"Gimana sih, Ari? Cewek secantik ini ditinggalin di lampu merah." kata Rian.

"Gapapa Ri, gue juga sering jalan sendirian." kata Caca.

"Jangan sering jalan sendirian, gue mau kok nemenin lo." kata Rian dan Caca hanya menggumam.

"Lo naik apa? Mau gue anterin?" tanya Rian.

"Gue naik angkot, lo gak usah repot-repot." jawab Caca.

"Beneran?" tanya Rian dan Caca mengangguk, "kalau gitu gue duluan."

10 menit setelah Rian meninggalkannya. Caca belum mendapat angkot. Ada satu angkot lewat, tapi penuh. Karena lelah menunggu, lebih baik Caca berjalan kaki.

"Tadi kenapa gue pakai tarik segala nih tas. Ngerepotin aja. Lagian si Atta itu mana sih, jalan cepat amat, besok gue pinjam aja tuh kaki, biar bisa jalan cepat. Biar gue gak perlu bujuk Pak Mamat buat bukain gerbangnya tiap pagi." kata Caca berbicara sendiri.

"Kalau capek duduk sini." kata Atta yang sedang duduk di depan minimarket sambil meminum teh kotak.

Caca mencari asal suara itu. Ia pun menemukan sosok cowok yang sedang santai duduk dengan meminum teh kotak. Ingin sekali Caca memarahi cowok itu. Ia langsung berjalan cepat menuju cowok itu.

"Duh galak amat." kata Atta saat tas mendarat ditubuhnya.

Caca tidak menjawab, ia mengambil teh kotak yang dipegang cowok itu. Lalu berjalan pergi. Atta hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu. Ia mengikuti gadis itu dari belakang. Jarak mereka hanya 2 langkah kaki. Sehingga, jika Caca tiba-tiba berhenti, maka Atta akan terjatuh.

Benar saja, tiba-tiba Caca menghentikan langkahnya. Untung saja Atta bisa menjaga keseimbangannya, sehingga ia tidak terjatuh. Caca membalikkan badannya menghadap Atta.

"Gue masih haus, lo gak punya lagi apa?" kata Caca sambil memberikan teh kotak yang sudah habis itu kepada Atta.

Atta tersenyum lalu memberikan teh kotak yang masih utuh kepada Caca. Caca mengambilnya dan kembali berjalan. Atta membuang sampah teh kotak kosong itu lalu berjalan menyamai langkah Caca.

KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang