BAB 17

804 58 0
                                    

Atta masih menatap layar televisi yang menampilkan film barat. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sementara, sang adik yang ditunggu belum datang juga. Sejak jam 7 Atta sudah menunggu adiknya itu. Dewita sama sekali tidak memberi tahu kemana dia pergi. Sudah 32 kali Atta menelpon tapi tidak dijawab.

Hana dan Haki juga sangat khawatir dengan putrinya. Awalnya mereka ingin menunggu Dewita di ruang tengah, tapi Atta menyuruh mereka untuk istirahat saja. Meskipun begitu, rasa khawatir masih mengikuti mereka. Jika sampai jam sepuluh putrinya itu belum pulang juga, mereka akan segera mencari dimana keberadaan Dewita.

Seorang gadis berjaket pink itu berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Ia berharap jika semua anggota keluarganya telah tidur dan ia akan mudah menyelinap ke kamarnya. Tapi harapannya itu pupus saat ia melihat televisi masih menyala. Dewita yakin akan kena marah.

"Dari mana aja kamu?" tanya Atta yang sudah tahu jika adiknya itu mengendap-endap masuk ke kamar.

Karena tidak ada jawaban dari mulut sang adik. Atta pun berjalan mendekati adiknya yang sedang menunduk ketakutan. "Kakak tanya, kamu dari mana?"

"Rumah temen, ada kerja kelompok." jawab Dewita ragu.

"Trus kenapa gak angkat telfon kakak?"

"Aku silent handphonenya. Jadi aku gak denger." jawab Dewita tidak ingin melihat wajah kakaknya.

"Yaudah cepet ke kamar, udah makan belum?"

"Udah." jawab Dewita lalu berjalan cepat meninggalkan Kakaknya. Ia tidak ingin Kakaknya itu ingin tahu urusannya. Dewita sangat lega, ia lega karena tidak kena marah. Tapi tidak tahu kalau besok, ia yakin kedua orang tuanya akan menginterogasinya seperti seorang pelaku tindakan kejahatan.

~·~

Sebagai seorang Kakak, Atta pasti bisa merasakan sesuatu masalah yang terjadi oleh adiknya. Bagaimana pun Dewita menutupinya, Atta tetap saja bisa merasakannya. Atta yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Dewita darinya.

"Rian bilang lo harus jagain Dewita."

Atta masih bingung dengan perkataan Caca tadi sore. Yang membuatnya bingung adalah, kenapa Rian menyuruh Caca untuk mengatakan jika dia harus menjaga Dewita?

Otak Atta rasanya ingin pecah. Seandainya waktu itu ia tahu rencana jahat Rian sama Tito, maka ia bisa mencari jalan keluar. Sementara sekarang ia hanya bisa berjag-jaga dan kemungkinan ia bisa ditipu.

Lalu yang membuat Atta bingung adalah maksud Rian yang menyuruhnya untuk menjaga Dewita. Tidak disuruh pun, Atta pasti menjaga adik perempun satu-satunya itu. Mungkin Atta perlu berbicara empat mata dengan Rian.

~·~

Caca turun dari motor dan tak lupa mencium tangan Papanya juga berpamitan. Pagi ini Ano memang mengantar Caca ke Sekolah. Papanya itu sangat rindu mengantarkan putri semata wayangnya. Sudah berapa bulan Ano tidak memberi perhatian dan kasih sayang kepada anaknya. Sebab itulah sekarang adalah waktunya untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada Caca.

Saat digerbang, mata Caca bisa menangkap jika Atta dan Emi berangkat bersama. Keduanya baru saja melewatinya dengan menaiki motor ninja Atta. Caca hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya itu semakin hari semakin dekat dengan Atta. Walaupun hal itu membuat sedikit hatinya tergores.

Kini langkah Caca kecil tapi cepat. Dirinya tidak ingin kedua orang itu melihatnya. Padahal yang sebenarnya adalah ia tidak ingin membuat lebih banyak goresan dihatinya.

KauWhere stories live. Discover now