BAB 28

859 37 16
                                    

"Kenapa cemberut?" tanya Rian sambil melepas kaitan helm Caca. Gadis yang ditanya hanya menggeleng pelan.

"Kamu terpaksa kan jadi pacar aku?" tanya Rian lagi yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Caca. Rian tersenyum. Setelah menaruh helm dikaca spionnya. Digandengnya teman dekat yang sekarang telah berlabel pacarnya. Walaupun sepertinya Caca tidak suka akan hubungan baru ini.

"Kamu inget kan, kamu gak boleh mutusin aku, Ca. Meskipun kamu gak suka sama aku," bisik Rian disamping telinga Caca.
"Aku suka kok sama kamu," jawab Caca membuat Rian tersenyum.

Menurut Rian hari-hari yang akan ia lewati setelah ini akan terasa menyenangkan. Kehadiran Caca yang sekarang menjadi pacarnya adalah alasannya. Tidak masalah jika pacarnya itu tidak memiliki rasa yang ia inginkan. Setidaknya dia bisa ada didekat Caca meskipun pacarnya itu tidak banyak bicara.

"Ri, aku mau ke perpustakaan, kamu naik duluan aja," kata Caca memberhentikan langkanya saat melewati ruang perpustakaan.

Rian menoleh. Dia tersenyum sambil mengelus puncak kepala Caca. "Iya, ntar waktu istirahat aku datang ke kelasmu," kata Rian lalu melenggang pergi.

Setelah kepergian Rian, Caca hanya menyandar ditembok perpustakaan. Sebenarnya tidak ada niatan dirinya untuk masuk ke perpustakaan. Hanya saja, Caca merasa aneh saja sekarang jika di dekat Rian. Apa mungkin karena hubungan mereka yang awalnya hanya teman dekat menjadi pacar?

Caca mendengus kesal saat ia melihat dari jauh ada Emi dan Atta yang akan melewatinya. Ingin sekali berjalan pergi sebelum Emi dan Atta melewatinya. Tapi kedua orang itu telah melihat ke arahnya. Tidak mungkin jika Caca buru-buru pergi. Atta bisa saja mengatakan kepadanya jika dirinya sedang cemburu.

Senyum palsu terukir diwajah Caca saat kedua orang yang kini telah menjalin ikatan pacar melewatinya. Karena senyuman palsu Caca yang terlihat asli, kedua orang itu berhenti. Keduanya membalas senyuman Caca dengan sama palsunya. "Ca, ngapain lo disini?" tanya Atta terasa aneh saat mengatakan lo-gue bukan aku-kamu yang sudah beberapa hari ini berlaku diantara mereka.

"Itu, gue lagiii...ah iya lagi nunggu Pak Tio," jawab Caca bohong. Gadis itu juga merasa kaku untuk mengatakan lo-gue seperti dulu.
"Kok nunggu di sini? Kenapa lo gak ke ruang guru?"
"Udah tadi, cuma Pak Tio gak ada. Yaudah gue tunggu di sini aja. Kan nanti kalau Pak Tio datang pasti lewat sini."
"Oh."

"Emangnya ada apa sih, Ca?" tanya Emi penasaran.
"Urusan," jawab Caca dengan perasaan yang ia buat senang, "oh ya selamat kalian resmi pacaran. Gue seneng deh,"

Emi tertawa sambil merangkul tangan kiri Atta, "makasih, gue kan juga gak mau kalah sama lo."

Atta melihati Caca dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tidak ada yang berubah. Ia kira, setelah Caca berpacaran dengan Rian, gadis yang ia suka itu akan berubah. "Yaudah, Ca. Duluan," kata Emi dan Caca hanya mengangguk.

"Huft, akhirnya mereka pergi juga," kata Caca lega.

~·~

Kini dengan ditemani sebuah novel favoritnya, Caca dengan santai duduk dibawah pohon rindang yang berada ditaman belakang sekolah. Seharusnya ini masih jam pelajaran. Akan tetapi, guru mata pelajaran yang seharusnya mengajar dikelasnya sedang tidak masuk. Karena Caca tidak ingin mendengarkan suara bisik teman sekelasnya, ia lebih memilih duduk di sini. Suasana tenang membuat hatinya ikut tenang juga.

"Perasaan, waktu itu ada yang bilang kalau novel yang dibeliin sama masa lalunya udah selesai dibaca."

Caca menoleh dan mendapati Atta sedang duduk disebelahnya. "Kenapa? baca dua atau lebih kan gapapa. Lagian ini kan udah lo kasih ke gue dan artinya itu udah jadi milik gue," kata Caca ketus.

KauWhere stories live. Discover now