BAB 22

693 43 11
                                    

"Ki, Em, kita ngumpet dulu, Ari sama Caca perjalanan ke sini."

"Ngapain ngumpet segala, lagian dari tadi gue bingung, kalian ngerencanain apa sih? Katanya tadi Caca disuruh ke lapangan basket, trus di sini kok ada kue trus dekorasi ini bagus banget. Trus Ari sama Caca ngapain ke sini?" tanya Emi ketus.

"Cerewet lu Em," kata Dani lalu mencari tempat bersembunyi. Kiki menarik Emi untuk ikut bersembunyi.

"Ki, Ari buat dekorasi kue ini buat Caca?" tanya Emi dan Kiki mengangguk, "emangnya Caca kenapa kok dikasih kejutan? Gue aja yang calon tunangannya gak dikasih kejutan."

"Lo kan sahabatnya, masa lupa," celetuk Dani langsung menyambar tanpa disuruh. Tapi, perkataan Dani itu sukses membuat Emi tersinggung. Dia juga merasa bahwa dirinya itu egois.

"Kapan-kapan gue bakal kasih lo kejutan yang lebih dari ini," kata Kiki membuat Emi menoleh. Lalu keduanya saling melempar senyuman.

"Eh, jangan berisik, Atta sama Caca udah dateng tuh," kata Dani membuat Kiki dan Emi menoleh mencari keberadaan orang yang dimaksud Dani. Emi bisa melihat Atta menggandeng Caca menuju dinding pembatas rooftop yang hanya sebatas perut.

Caca bingung, kenapa rooftop yang biasa ia kunjungi dengan Atta dihiasi dengan serba coklat muda. Warna itu adalah warna kesukaannya. "Ca."

Dengan cepat, Caca menoleh ke Atta sembari memberikan tatapan bertanya. "Selamat ulang tahun."

3 kata itu lantas membuat Caca tersenyum dan ingin menangis. Sejak tadi pagi, belum ada yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Ia kira semua orang tidak ada yang menyayanginya, tapi Atta, cowok itu mengingatnya.

"Kamu fikir aku lupa apa sama ulang tahun kamu? Asal kamu tahu, aku udah ngucapin selamat ulang tahun tepat jam dua belas malam, walaupun kamu gak tahu Ca," kata Atta sukses mengingatkan Caca saat ia terbangun jam 12 malam. Mungkinkah ucapan selamat ulang tahun Atta untuknya bisa tersampaikan seperti itu?

"Aku harap kamu jadi seorang penulis seperti yang kamu inginkan, jangan ngebantah kata orang tua, jangan tinggalkan shalat, dan sehat selalu," kata Atta membuat Caca rasanya ingin menangis. Ini adalah kali kedua Atta mengucapkan ulang tahun kepadanya.

"Makasih, At."

Atta mengelus puncak kepala Caca. Lalu merangkul leher Caca dan mengajak Caca menikmati pemandangan kota Surabaya yang begitu indah akan banyaknya cahaya lampu. "Maafin aku Ca, maaf dulu pernah ninggalin kamu saat kamu lagi butuhin aku. Sejujurnya berat rasanya saat harus jauh darimu dengan keadaanmu yang seperti saat itu. Untuk menebus rasa rinduku padamu, aku punya seseorang kepercayaanku untuk memantaumu."

Setetes air mata akhirnya lolos juga. Caca begitu sedih saat tahu Atta juga merindukannya. "Sini ikut aku."

Atta mengajak Caca ke tengah-tengah rooftop. Ada beberapa lampu tumblr tergantung di sana. Dan ada juga beberapa foto dijepit di lampu tumblr tersebut. "Ini waktu kamu takut nyebrang, ekspresi wajah kamu lucu Ca."

Begitu deras air mata yang lolos dari mata Caca. Itu benar dirinya, dia juga masih ingat akan kejadian itu. "Trus ini waktu kamu lagi beli roti bakar, aku tahu kamu rindu kan saat aku ngajak kamu beli roti bakar disitu."

Yang dikatakan Atta benar. Saat itu Caca memang benar-benar rindu akan sosok Atta yang setiap pulang dari rooftop, pasti mampir untuk beli roti bakar rasa green tea kesukaannya.

"Dan ini waktu kamu lagi ngelamun di rooftop. Kamu kangen aku kan waktu itu?"

Iya, saat itu Caca sengaja ke rooftop untuk mengingat kenangan-kenangannya bersama Atta. Lalu Atta mengajak Caca untuk melihat foto-fotonya yang lain.

KauWhere stories live. Discover now