BAB 31

903 41 5
                                    

"Ca."

Caca menoleh dan mendapati sahabatnya yang terengah-engah. Satu alisnya terangkat. Emi yang paham maksud dari Caca pun mulai menjawab, "mau ngomong bentar."

"Ikut aja Ca, aku tunggu di sini," kata Rian sambil duduk di atas motornya. Caca menoleh, sebelum pergi ia memberikan senyum manis kepada pacarnya itu.

Segera Emi menarik Caca untuk menjauh dari Rian. "Gue mau ngomong."

"Apaan?" tanya Caca, "dan, jangan lama-lama kalau ngomong. Gue mau makan mie ayam."

"Iya, iya," kata Emi, "soal gue pacaran sama Atta, itu tuh cuma drama belaka."

Caca mengernyit bingung. Drama belaka, batin Caca. "Maksudnya, Em?"

"Jadi, sebenarnya gue sama Atta itu gak pacaran. Gue kasih ide gitu karena Atta minta tolong ke gue. Minta tolong buat bikin lo cemburu. Tapi..."

"Tapi apa?" tanya Caca penasaran.

"Tapi, sekarang drama belakanya udah berakhir. Atta gak mau lagi dengan cara gitu. Lagian lo udah punya pacar," jawab Emi dan Caca hanya menjawab 'oh'.

"Lo gak ada niatan buat deket lagi sama Atta. Gue tahu kok kalau lo suka sama Atta dan sebaliknya. Masalah perjodohan gue sama Atta, itu udah dibatalin. Jadi lo bakal bisa dapetin Atta lagi."
"Gak Em, gue udah punya Rian."

Emi terkejut, "sebenarnya lo gak suka kan sama Rian, kenapa gak putus aja. Gue tahu kalau waktu lo bilang suka sama Rian, itu lo lakuin karena lo cemburu gue deket sama Atta. Ya kan?"

"Gue gak bisa sama Atta lagi. Biarin gue jalanin hari-hari gue ke depan bareng Rian."
"Yaudah, gue gak bisa paksa. Lagian kalau yang namanya jodoh pasti bakal balik lagi, ya kan?" tanya Emi dan Caca mengangguk, "lo mau makan mie ayam di mana? Gak mau ngajak gue?"

"Mie ayam Pak Tawon. Gue juga mau jalan-jalan dulu sama Rian, jadi gak bisa kalau ngajak lo."
"Yah, gapapa deh. Sana cepetan, muka pacar lo udah kayak mau makan gue," kata Emi membuat Caca menoleh melihat ke arah Rian. Setelah itu Caca pun berpamitan kepada Emi. Lalu berjalan kembali menuju pacarnya.

"Udah selesai?"

Caca mengangguk, lalu mengambil helm yang diberikan oleh Rian. "Lama ya?"

"Gak, cepetan naik, udah mau hujan," kata Rian membuat Caca melihat ke atas. Langit begitu gelap. Tidak lama lagi hujan pasti turun. Sepertinya suasana begini memang pas untuknya makan mie ayam berdua bersama teman dekat yang sekarang telah berlabel pacarnya.

~·~

"Assalamualaikum, Ma."

Wati yang sedang asyik berbicara dengan seseorang, berhenti sejenak. Lalu mengisyaratkan kepada tamunya untuk menunggu. Kini, ia pun melangkah menuju putrinya yang sedang melepas sepatu di teras rumah. "Kok baru pulang, sayang?"

Caca berdiri, lalu mencium tangan Mamanya. "Iya, Ma. Tadi Caca habis makan mie ayam di Pak Tawon, sekalian nunggu hujan reda."

"Oh, trus nak Rian mana, udah pulang?" tanya Wati dan Caca mengangguk, "yaudah, ganti baju dulu gih. Terus ke meja makan."

"Iya, Ma," kata Caca lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Digantinya seragam menjadi baju santai. Lalu ia pun turun menuju meja makan seperti yang Mamanya perintahkan.

Langkahnya berhenti saat menemukan sosok yang ia kenali. Sosok itu terlihat begitu akrab dengan Mamanya. Obrolannya tidak serius, karena sesekali keduanya tertawa. "Eh, sayang. Sini duduk," kata Wati saat melihat putrinya hanya diam di pinggir tangga.

KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang