someday.9

3.7K 478 14
                                    

"Anjir-anjir Dhafin!!!"

Shafira berteriak nyaring dari pinggir lapangan, tidak peduli jika orang-orang yang berada di dekatnya merasa terganggu. Yang terpenting dia puas dan senang.

Di tengah lapangan, Dhafin bersama teman-temannya yang lain, yang tergabung di dalam tim bentukan Pak Jerry sedang melakukan pertandingan percobaan. Dhafin yang tergabung dalam tim A bersama, Iponk, Erick dan dua temannya yang lain berhadapan dengan tim B yang beranggotakan; Yudis dan 4 temannya yang lain.

"Dhafin semangat!!!" Shafira lagi-lagi berteriak kemudian mendapat sikutan dari Soni yang merasa terganggu karena ulahnya.

Tidak dapat di pungkiri Dhafin saat sedang berada di tengah lapangan benar-benar bersinar. Tubuhnya yang tinggi semampai dengan bentuk tubuh proporsional membuatnya sedap dipandang mata. Apalagi ketika dia berhadapan dengan lawan saat berusaha memegang kendali si orange.

"Dhafin!" teriak Shafira lagi. "Kalau lo berhasil mencetak poin di pertandingan ini gue akan kasih hadiah."

"Serius lo?" tanya Soni, antusias. Dia memang selalu semangat dengan hal-hal yang berbau gratis.

"Kapan gue pernah gak serius?" Shafira balik bertanya.

"Emang apaan?" tanya Soni semakin bersemangat.

Shafira berdeham menyiapkan suaranya. "Dhafin! Kalau lo berhasil mencetak 1 poin, gue akan kasih lo sebuah pelukan dan kalau lo berhasil mencetak 3 poin gue akan kasih lo sebuah ci--"

Soni buru-buru membekap mulut Shafira, beberapa pasang mata sekarang tengah melihat kepadanya termasuk beberapa anak kelas XII yang juga duduk di dekat mereka. "Lo malu-mal--"

"Yeaayyy!!!!"

Suara sorakan langsung terdengar begitu bola berwarna orange itu bersarang di ring milik tim B, dan yang membuat suasana semakin heboh adalah ternyata Dhafin yang melakukannya dengan nilai 3 poin tambahan untuk tim A.

"Ya Tuhan." Shafira menganga tidak percaya melihat kejadian itu, matanya melotot ke tengah lapangan tepatnya ke arah Dhafin yang sedang mengelap keringat dengan ujung kaosnya. "Gimana dong?"

"Mampus!" celetuk Soni. "Abis ini siap-siap deh tuh kasih ciuman ke si Dhafin yang lagi dibanjiri keringat. Iuuhhh ...." Soni mengipaskan telapak tangan di depan hidungnya sendiri. "Dhafin! My bro ... kebanggaan gue."

"Gue-gue tadi cuma bercanda tapi," ucap Shafira berbelit-belit seperti kepangan pada rambutnya.

"Cium~cium," ledek Soni.

"Kalau dia lagi gak keringetan sih, gue mau."

"Pokoknya, cium." Soni menekankan kata terakhirnya.

Shafira merengut, sial! Ini semua gara-gara mulutnya yang tidak bisa dikendalikan setiap melihat Dhafin, padahal dia tadi hanya bercanda. Apa jangan-jangan ucapannya itu memang membawa keburuntungan untuk Dhafin? Karena seingatnya, saat dia mengatakan hal serupa kepada gebetannya yang berinisial A, si A malah kalah dan tidak bisa mencetak poin hingga pertandingan selesai.

Shafira mendadak gelisah, semoga orang-orang yang mendengar teriakannya tadi tidak menganggapnya serius.

Pertandingan berlangsung tidak lebih dari 1 jam, hanya 30 menit perbabak. Lagi pula ini hanya percobaan sekaligus Pak Jerry ingin melihat skill anak didiknya.

Dhafin memilih duduk di kursi pemain, begitu pluit panjang dibunyikan tanda berakhirnya pertandingan. Dia berhasil membawa timnya menang atas tim Yudis meski hanya terpaut selisih 3 poin saja, tapi untuk Dhafin yang baru pertama kali lagi menjalani pertandingan itu sudah menjadi hal yang luar biasa.

Someday.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang