Someday.30

3.9K 394 34
                                    

Kelas mendadak riuh.

Seharusnya sekarang adalah jam pelajaran terakhir. Namun tiba-tiba Pak Samsul masuk dan memberi pengumuman kepada muridnya untuk bersiap-siap pulang dikarenakan semua guru harus rapat dengan pemilik yayasan sore ini.

"Tolong jangan ribut saat kalian keluar nanti dan usahakan untuk langsung pulang ke rumah. Jangan nongkrong-nongkrong gak jelas dulu." Mata tajam milik Pak Samsul berpendar melihat malas pada muridnya dari yang duduk di pojok sampai yang di depan, tidak ada yang tenang satu pun. Seolah mereka tak menganggapnya ada. "Kalau sampai dari salah satu siswa ada yang ketahuan nongkrong oleh pihak sekolah, apalagi sambil melakukan hal yang melanggar peraturan sekolah. Maka pihak sekolah tidak akan segan-segan memberikan sanksi seberat-beratnya. Paham?"

"Paham," sahut sebagian siswa, sebagian lainnya masih sibuk sendiri.

"PAHAM?" Pak Samsul menaikkan oktav suaranya sehingga membuat kelas tiba-tiba hening dan semua siswa kompak menjawab, "Paham, Pak."

Pak Samsul mengangguk kemudian keluar dari kelas dan saat itu jugalah kelas kembali ramai.

Dhafin mengembuskan napas seraya tersenyum menyaksikan kegaduhan yang dibuat teman sekelasnya sambil membereskan bukunya. Ada yang memukul-mukul meja, naik ke atas bangku kemudian bernyanyi dan ada juga yang langsung melesat keluar.

"Kalau bebas gini enaknya ngapain dulu ya?" Gadis berponi yang duduk di depan Dhafin menoleh. Sementara yang ditoleh tetap tenang merapikan isi tasnya.

"Lo gak denger tadi Pak Samsul ngomong apa?" Soni menyahuti sembari menyampirkan tas ranselnya.

Shafira - si gadis berponi memutar bola mata. "Gue gak nanya ke lo."

Soni mencibir sambil menoleh pada Dhafin. "Fin si Sapi nanya kamu tuh."

Dhafin mengangkat kedua alisnya tanpa menatap Shafira ataupun Soni, sambil menutup ranselnya dia berkata, "Kalau bebas gini enaknya langsung pulang ke rumah terus main game sepuasnya, kalau nggak, ya tidur."

Shafira mendengus. "Gak asik banget lo!" umpatnya. Menatap ke depan kemudian membereskan alat belajarnya.

"Kalau lo mau yang asik-asik, cari Ayu ting-ting aja, sono! Sik asik sik asik," ucap Soni sambil memeletkan lidah di belakang kepala Shafira.

Shafira tidak menyahuti tidak pula menoleh, niatnya ingin mengobrol dengan Dhafin musnah sudah karena ulah Soni.

Dhafin berdiri kemudian menepuk pundak Soni. "Keluar sekarang, yuk!" ajaknya saat melihat Hana lewat di depannya juga Iponk melambaikan tangan ke arahnya.

Soni mengangguk lalu membiarkan Dhafin berjalan terlebih dahulu.

Sesampainya di luar kelas Dhafin langsung dirangkul oleh Iponk, laki-laki itu mengajaknya mengobrol sambil berjalan menuju lantai dasar.

Iponk menanyakan perihal target Dhafin selanjutnya setelah gagal masuk tim basket. Laki-laki itu juga mengaku masih merasa tidak enak pada Dhafin dan dia mengatakan kalau sampai sekarang masih memiliki keinginan untuk bisa membawa Dhafin masuk ke timnya.

Dhafin merasa tersanjung mendengar ucapan itu dan mengucap terima kasih pada Iponk akan niat baiknya, namun Dhafin mengatakan kalau sekarang dia sedang tertarik pada hal lain selain basket.

"Badminton, futsal, renang apa teater?" tanya Iponk antusias. "Kalau ada yang bisa gue bantu pasti akan gue bantu. tapi lo nya juga jangan segan-segan minta tolong ke gue."

Dhafin tersenyum tipis. "Udah minta tolong ke Bang Bilal, kok, Ponk."

Iponk sontak melepas rangkulannya. Dia menatap Dhafin tidak percaya. "Jangan bilang lo mau ikut klub jum'at berkah?"

Someday.Where stories live. Discover now