S e u l A m i ; Prolog

2.6K 157 13
                                    

- 3 years later.

Untuk Mino,

Hai? Apa kabar?
Kabar aku masih sama dari tahun sebelum-sebelumnya setelah kita memutuskan untuk tidak sama-sama. Berantakan. Apalagi hati. Selama ini aku gak pernah ngerasa kehilangan seperti ini. Bahkan kamu masih ada di negara yang sama dengan aku. Entahlah rasanya kamu terlalu jaaaaaaauh sekali untuk aku gapai.

Mino... aku rindu. Bisakah kita mengulang waktu yang dulu? Aku selalu ingat saat kamu mau menghiburku saat aku sedih karena dulu Valdi yang menyakitiku. Aku... juga rindu bermain basket sama kamu.

Kamu rindu aku gak? Aku harap iya. Dan kalau kamu mau, kita bisa ketemu suatu hari nanti walau kamu udah punya Viona. Aku sekarang kuliah di Universitas Negeri Jakarta. Sesuai sama keinginan aku dulu. Dan yaaah aku ke terima jadi Mahasiswa Hubungan International disana.

Aku bahagia Mino. Sekarang aku sama Valdi jadi teman baik. Kita sering jalan bareng juga. Valdi udah punya pacar by the way, aku belum sih hehe. Masih nungguin kamu.

Tapi.. kayaknya percuma ya? Yaudahlah kita mungkin memang gak cocok. Mino, aku harap kamu bahagia sama Viona. Tenang aja jangan khawatirin aku. Aku-

baik.

Love,

Bae Irene.

🌙️

“Gue nggak bisa.”

Jawaban mutlak itu keluar dari bibir tipis Irene dengan sempurna. Matanya menatap Mino dihadapannya dengan tenang. Tapi tak bisa dibohongi bahwa dirinya ingin sekali menangis.

“Kenapa?”Tanya Mino menatap sendu Irene didepannya. Ia menunduk menutupi perasaan kacaunya. Bahkan panggilan Irene terhadapnya sudah berubah.

Irene menggeleng tegas. Perlahan matanya berkaca-kaca. “Gue gak bisa maksain hubungan kita, No.”

“Kita bisa, Rene.”

“Enggak.” Jeda Irene dengan suara parau. “Gak bisa. Bakal ada hati yang tersakiti kalo kita sama-sama. Lo ngerti kan?”

Mino mengangguk paham. Tangannya menarik Irene dengan lembut dan mendekapnya erat. “Aku tau.”

Irene menangis didada Mino, tangannya mencengkram kemeja yang dikenakan Mino dengan erat.

“Maaf.” Lirihnya.

Mino semakin mempererat pelukan mereka. Matanya memerah menahan tangis. Dalam sekejap langit berubah mendung seolah tahu bahwa kedua remaja ini tengah merasakan sakit.

Beberapa detik setelahnya hujan turun dengan deras mengguyur taman yang sedang mereka tempati.

Air mata Mino turun bersama dengan hujan yang mengguyur tubuhnya dan Irene. Perasaannya sesak. Mereka bergeming dibawah guyuran hujan dan menangis bersama.

Mungkin ini akan menjadi akhir dari segala kisah mereka. Takdir memang selalu mempermainkan mereka. Seolah mereka tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan.

Mino melepaskan pelukannya. Menatap Irene dengan hati teremas. “Oke. Aku ngerti, Rene. Tapi kamu harus selalu inget kalo aku akan selalu sayang kamu.”

Irene mengangguk, kembali menghambur kepelukan Mino untuk yang terakhir kalinya.

Saling melepaskan adalah satu-satunya cara agar mereka bisa merelakan satu sama lain. Takdir memaksa mereka untuk saling membutuhkan dan takdir memaksa mereka untuk saling melepaskan.

Kehilangan mungkin tidak akan sesakit ini jika mereka pernah saling memiliki. Namun, kehilangan macam apa ini bahkan mereka tidak pernah merasa saling memiliki?

Jalan untuk menuju kebahagiaan adalah melepaskan yang memang bukan milik kita. Mengikhlaskan jika Tuhan tidak memberi mereka kesempatan untuk bersama.

🌙️

gak ngerti lagi akuuuu😭 gemes bgt sama minrene ya allah😭😭
btw, ada yg udh baca kan dulu cerita ini? terus aku unpub dan yaaaa, jadi nya gini setelah aku rombak, gatau deh ini mabok minrene kayaknya huaaaa😭 semoga suka ya❤

vote sama komen ditunggu😭😭 aq gemezzz😭

SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora