07 ; Problem

336 46 18
                                    

Aku emang bisa main basket. Tapi aku nggak akan bisa mainin perasaan kamu.

🌙️

Setelah acara curhat Mino selesai dengan perasaan malu, karena menangis di depan Irene. Cowok itu mengajak Irene one on one untuk bermain basket. Irene yang merasa tertantang menyetujui dan langsung bersiap.

“Lo siap aja kalah.” Mino mendribble bolanya seraya menatap Irene yang tingginya hanya sebatas dadanya setelah itu tersenyum miring.

Irene mengangkat dagunya, menantang. “Gue nggak takut!” Ucapnya penuh penekanan.

Bi Inem yang di deklarasikan sebagai wasit tengah bersiap menghampiri kedua manusia yang sedang bertatapan itu.
Lalu Mino memberikan bola basketnya kepada Bi Inem untuk di lambungkan.

Bi Inem memegang bolanya bersiap untuk dilempar keatas. Irene maupun Mino memposisikan dirinya.

Hiji......dua........tilu!

Pada hitungan ketiga Bi Inem melempar bolanya keatas lalu segera menyingkir dari lapangan kecil itu.

Mino yang mendapatkan bolanya segera berlari ke arah ring Irene yang berada disisi kanan. Irene tak mau kalah, ia mengejar bola yang ada di tangan Mino dengan lincah.

Irene agak kesusahan saat merebut bolanya. Karena ternyata Mino sangat jago memainkan strategi. Selang beberapa menit telah berlalu. Permainan masih berlanjut dengan sengit. Poin masih dikuasai oleh Mino dengan 10 dan 8 untuk Irene.

Irene berdecak sebal karena lagi-lagi Mino menguasai bola. Dan hal itu tentu saja membuat Mino tersenyum miring.
Mino mendekat sambil mendribble bola orange itu ke arah Irene.

“Cuma segitu doang kemampuan lo?” Mino bertanya dengan nada yang sangat meremehkan.

Tentu saja Irene mendelik tak suka. Dia baru saja duduk di pinggir lapangan itu dengan napas tersenggal. “Lo curang banget!” Balas Irene sewot.

Mino mengangkat sebelah alisnya bingung. “Loh? Gue curang dari mananya?”

Irene mendengus. Lalu mengibaskan tangannya tak peduli. Memang permainan ini fair tapi tetap saja Irene merasa bodoh karena Mino yang jago sekali.

Masih mendribble bola orange itu Mino kembali bertanya, “Lanjut nggak? Kali ini nggak ada wasitnya kok. Bi Inem udah pergi noh.” Mino menunjuk tempat Bi Inem menjadi wasit dengan dagunya.

Irene menatap Mino dengan pandangan menyipit, sedetik kemudian dia berdiri dan merebut bola di tangan Mino tanpa menyadari jika salah satu tali sepatunya belum terikat sempurna.

“AWWW!” Pekik Irene terkejut.

Alhasil saat Irene akan berlari dan mendribble bola, kakinya tersandung tali sepatunya hingga refleks Mino menangkapnya tetapi mereka tetap jatuh dengan posisi Irene di bawah dan Mino diatasnya, bahkan hidung keduanya sudah bersentuhan.

Irene menatap wajah Mino yang sangat dekat dengannya dengan dada naik turun, entah karena jarak mereka yang terlampau dekat atau Irene yang merasa kesal terhadap Mino yang tak juga menjauh darinya.

Entah setan dari mana, Mino mendapati wajah mereka yang sangat dekat membuatnya memajukan wajah. Hingga semakin dekat dan akhirnya bibir mereka bersentuhan.

Mino mencium Irene dengan lembut. Matanya terpejam, menikmati ciuman sepihak mereka. Sedangkan Irene mematung di tempatnya, matanya melotot lalu mengerjap. Seakan sadar Irene mendorong dada Mino dengan kencang membuat cowok itu tersadar telah melakukan kesalahan.

Irene berdiri dengan air mata mengalir deras. Air matanya sudah turun sejak tadi. Mata Irene menatap Mino dengan sorot kecewa.

“L—lo....” Irene tak bisa berkata lagi, sekarang harga dirinya seakan di injak. Yang hanya bisa ia lakukan hanya menutup mulut dan tak menyangka jika dia dipermainkan.

Mino menatap Irene dengan sorot mata menyesal. Dia meraih tangan Irene tapi dengan cepat Irene menepisnya. Segera Irene berbalik pergi meninggalkan rumah Mino.

Mino hanya memandang punggung Irene dengan sendu. Dia tau Irene butuh waktu sendiri. Mino menunduk lalu bergumam pelan. “Maafin gue.”

🌙️

Pagi itu Irene berangkat sekolah dengan mata sembab. Sebab dia kemarin habis pulang dari rumah Mino langsung menangis semalaman. Hasilnya sekarang, dia bangun dengan mata bengkak. Bahkan saat ditanya Taeyang pun Irene hanya menjawab bahwa dia semalaman menangis karena menonton drama korea.

Irene baru saja duduk di mejanya berniat ingin tidur saat tiba-tiba teriakan memekakan telinga itu terdengar.

“Ya ampun Irene, mata lo kenapa?” Mata Seulgi melotot sempurna memperhatikan mata Irene yang bengkak.

Irene memutar bola matanya malas, merasa lebay dengan sikap Seulgi. “Nggak papa gue. Nggak usah lebay.”

“Yaelah Rene, lebay gimana coba, gue kan cuma khawatir aja sama lo. Lo kenapa sih?”

Sebelum Irene menjawab bel berbunyi dengan nyaring membuat Seulgi mendecak sebal sementara Irene menghembuskan napas lega karna tidak harus bercerita kepada Seulgi.

“Nyebelin banget sih.”

🌙️

“Irene! Tunggu!”

Irene tak menggubris teriakan yang ditujukan padanya. Dia semakin mempercepat jalannya.

Sekarang adalah jam pulang sekolah. Irene ingin naik angkot, karena itu dia harus menuju halte dekat sekolah. Tapi niatnya itu Irene urungkan sebab disana dengan gagahnya Mino berada tepat di depan halte.

Al hasil Irene memutar balikan arahnya. Tapi sayangnya, Mino sudah melihat Irene yang menjauh dan Mino sekarang mengejarnya.

Akhirnya Mino bisa menghentikan langkah cepat Irene dengan mencekal tangannya.

Saat berbalik Irene menatap tajam Mino seraya melepaskan kasar cekalanya.

“Apa?” Ketus Irene.

Mino mengatur napas sejenak sebelum berbicara. “Gue.....mau, minta maaf.”

Irene mengerutkan kening. “Oh. Gue udah maafin.” Katanya tak acuh.

“Serius Rene. Gue nggak maksud.” Mino menghela napas frustasi. “Ini bukan maksudnya nggak ngehargain lo.” Mino menggenggam tangan Irene dengan lembut dan menatap lamat wajah Irene. “Please, percaya sama gue.”

Irene menatap tepat di mata Mino, mencari setiap kebohongan di kata-katanya. Dan nyatanya sorot mata itu hanya menunjukan keseriusan yang tampak sungguh-sungguh. Karena kenyataan itulah membuat Irene bingung.

Haruskah ia memaafkan Mino yang dengan lancangnya mencium dengan sengaja? Akhirnya setelah lama berfikir, Irene mengangguk pelan.

Mino yang sangat bahagia langsung memeluk Irene dengan erat seraya tersenyum lebar.

Irene menegang di tempat. Tapi tak lama kemudian dia mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Mino. Semoga saja keputusannya benar.

🌙️

vote komen ya seyeng😊

SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Where stories live. Discover now